it's your birthday, Minghao.

Minghao menggenggam tangan Mingyu ketika mereka sudah di restoran yang sudah Minghao booking..

“Gyu, makasih ya udah mau dinner sama aku. Aku sayang banget sama kamu.”

Mingyu tidak menjawab, hanya mengangguk. Membuat Minghao tersenyum miris. Ini tahun ke-4 hubungan mereka, bahkan tahun ke-4 mereka merayakan ulang tahun Minghao bersama.

Minghao sendiri tidak tau apa yang membuat Mingyu terlalu cuek padanya, bahkan Minghao selalu yang lebih dulu memulai. Minghao sendiri selalu menerka-nerka apa mungkin Mingyu hanya terpaksa menerima cintanya 4 tahun yang lalu?

Lamunan Minghao buyar ketika pelayan membawakan makanan mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, Minghao sempat mengabadikan momen, ntah dari makanan atau dari partner dinner nya hari ini.

“Selamat makan, gyugyu.” Kali ini Mingyu berdehem menyahuti Minghao.

Beberapa saat kemudian, mereka telah selesai makan.

“Jadi, abis ini kita kemana?” Tanya Minghao antusias. Walaupun kecil kemungkinan, tapi ia selalu berharap kalau suatu saat nanti Mingyu akan melakukan sesuatu yang bisa membuat dirinya terpukau.

“Pulang.” Senyum Minghao luntur seketika. Apa yang ia harapkan dari laki-laki dingin seperti kekasihnya itu? Dengan tidak bersemangat Minghao memanggil pelayan untuk meminta bill. Tapi saat akan mengeluarkan kartunya, Mingyu menahannya dan langsung mengeluarkan kartu miliknya. Sebenarnya ini bukan kali pertama Mingyu membayar tagihan makan mereka, dan bukan yang bisa Minghao banggakan—karena memang sudah sepantasnya begitu, bukan?—tanpa berbicara banyak Minghao langsung menutup kembali dompetnya.

Lalu keduanya pergi dari tempat itu—tentu saja dengan Mingyu yang berjalan lebih dulu.

“Nanti aku drop di lobby aja ya, Gyu. Aku ga ikut masuk.” Ucap Minghao sambil menjalankan mobilnya.

1 detik

2 detik

3 detik

Tidak ada jawaban dari Mingyu. Minghao menoleh dan mendapati Mingyu sedang memejamkan matanya. Minghao menghela nafasnya. Gini amat pacaran sama orang ganteng.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di apartemen Mingyu. Minghao melihat Mingyu yang menatapnya seperti berbicara “kok disini?”

“Aku ga ikut naik, mau langsung pulang. Kamu juga capek banget kayaknya, jadi aku ga mau ganggu kamu. Maaf ya Gyu, maksa kamu untuk dinner sama aku.” Sekuat tenaga Minghao mengucapkan kalimat-kalimat itu. Jangan nangis, jangan nangis.

“Ikut dulu, ada yang mau aku kasih.” Minghao menatap Mingyu. Apa Mingyu akan memberinya hadiah? Mingyu selalu memberikan hadiah ulang tahun untuknya, tapi selalu telat. Dan kali ini, ia tidak menyia-nyiakan moment bersejarah ini. Kim Mingyu kasih kado tepat waktu. Akan ia catat di dinding apartemennya.

“Tumben kamu kasih aku kado on time?” Tanya Minghao sambil melepas seat belt nya. Lalu mengikuti Mingyu dari belakang.

“Dari mama.” Jawab Mingyu dan lagi-lagi Minghao mendengus, apa yang harus ia harapkan dari Mingyu?

Minghao duduk di sofa ketika mereka sudah masuk ke dalam unit apartemen Mingyu. Memperhatikan Mingyu yang berjalan masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. Lalu beberapa menit kemudian Mingyu keluar dengan pakaian santainya.

Kemudian Mingyu ikut duduk disebelah Minghao, memberikan kotak kecil berpita pada Minghao.

“Boleh aku buka disini?” Tanya Minghao, walaupun kesal tapi ia tetap bersemangat kalau mendapat hadiah.

Mingyu mengangguk. Minghao dengan cepat membuka kotak itu, lalu terkejut melihat apa yang ada di dalamnya.

Kotak beludru warna merah.

Lalu ia buka dan makin terkejut.

Sebuah cincin.

Lalu Minghao menatap Mingyu.

“Mama kasih ini ke aku, apa ga terlalu berlebihan, Gyu?” Tidak tau kenapa ia merasa tidak pantas menerimanya.

Minghao melihat Mingyu menelan ludahnya—menandakan laki-laki itu gugup yang berlebihan.

“Gyu?”

Minghao melihat Mingyu mengatur nafasnya—dia benar-benar gugup.

“Mingyu?”

“Aku bohong.”

Hah? Apa maksudnya?

“Bohong gimana?” Maksudnya bohong kalo cincin ini bukan untuknya, gitu?

“Itu bukan dari mama, tapi dari aku.”

Hampir saja Minghao menjatuhkan kotak itu. Mulutnya terbuka lebar—terkejut—tubuhnya terpaku akibat ucapan Mingyu.

Tapi, buru-buru Minghao menepis khayalannya. Ia tidak mau lagi, terbang lalu dijatuhkan begitu saja.

“Makasih Gyu, tapi ini mahal banget ga sih?”

Mingyu mengernyitkan keningnya. “Kamu gak tanya dalam rangka apa?”

“Ulang tahun aku kan?”

Ingin rasanya Mingyu menenggelamkan dirinya di Palung Mariana.

Minghao memakainya, lalu memperlihatkannya pada Mingyu. “Bagus ya Gyu? Kamu tau selera aku ternyata.”

Minghao mengambil ponselnya untuk memotret jarinya. Saat gambar ketiga, tangannya di tahan oleh Mingyu. Minghao menatap Mingyu. “Kenapa?”

“Ayo nikah sama aku.”