Hari ini rumah keluarga besar Lee sedang berkumpul. Termasuk Jisoo yang sekarang sudah menyandang status sebagai suami dari anak bungsu keluarga Lee.
“Hai?”
Jisoo menoleh dan mendapati Dokyeom di depannya dengan segelas jus segar. Jisoo menjadi canggung dengannya.
Jisoo dan Dokyeom dulunya adalah sepasang kekasih yang bahkan sudah bertunangan dan beberapa bulan lagi mereka sudah akan menikah. Tapi ya seperti itu, Dokyeom adalah tipe orang yang cuek dan Jisoo adalah orang tipe orang yang harus di sayang setiap saat.
Sebenernya Jisoo sudah memaklumi sifat Dokyeom tapi pada saat itu adalah final dari buah kesabarannya.
“Mana ada final fitting di gantiin orang lain?” Pikir Jisoo pada saat itu.
“Soo?”
Jisoo tersadar dari lamunannya. “Oh ya kyeom. Hai juga.”
“Apa kabar, Soo?” Ini adalah bulan ke-5 setelah pernikahan Jisoo—dan Jisoo langsung di boyong Seokmin ke apartemen milik Seokmin. Dan ini adalah pertama kalinya lagi mereka bertemu.
“Aku baik, kyeom. Kamu?”
“Ya gini-gini aja sih aku mah.”
Lalu keduanya sama-sama terdiam.
“Kamu....keliatan lebih bahagia sekarang ya, Soo?”
Senyum Jisoo mengembang tiba-tiba. Ia mengingat bagaimana Seokmin memperlakukannya dengan baik selama 5 bulan belakangan ini. Seokmin selalu membangunkannya tiap pagi dengan kecupan-kecupan kecil diwajahnya, Seokmin selalu membuatkan makanan-makanan yang mungkin biasa bagi orang lain tapi sangat berharga untuknya.
Dokyeom melihat senyum Jisoo yang dulu untuknya—kini malah menjadi untuk adik kembarnya.
“Seokmin, memperlakukan kamu dengan baik ya Soo?”
Jisoo mengangguk. “Seokmin tuh ajaib banget. Selama 5 bulan nikah sama dia, aku ngerasa kalo aku beruntung banget bisa sama dia. Dia benar-benar memperlakukan aku like a prince. Dan memperlakukan aku layaknya berlian yang harus bener-bener di jaga.”
Dokyeom tersenyum miris ketika mendengar Jisoo memuji-muji orang lain di depannya.
“Waktu dulu sama aku, kamu ga seneng ya Soo?”
“Aku seneng sama kamu. Tapi kamu kan tau, aku gak bisa di diemin gitu terus.”
“Tapi aku kerja juga buat kamu Soo.”
“Seokmin juga kerja buat aku, tapi dia selalu menomorsatukan aku di setiap kesibukannya.”
Dokyeom terdiam.
“Aku gak bermaksud ngebandingin kamu sama Seokmin. Tapi itu kenyataanya kyeom.”
Dokyeom mengangguk. “Maaf ya, Soo.”
“Nanti kalo suatu saat kamu dapet yang lain, jangan gitu lagi ya kyeom. Cukup aku aja yang ngerasain dinginnya kamu.”
Dokyeom mengangguk. “Iya, Soo.”
“Yaudah aku ke Seokmin dulu. Semangat kakak ipar.”
. . . . . . . . . .
“Omin.” Jisoo mengejutkan Seokmin dengan memeluknya dari belakang.
“Yaelah, baru aja mau marah-marah karena di peluk tiba-tiba. Tapi kalo yang meluk begini mah, eratin dong yang.” Jisoo tertawa lalu ia mengecup pipi suaminya itu.
“Kamu darimana aja?”
“Tadi aku ngobrol sama Dokyeom.”
“Oh ya? Ngomongin apa?”
“Ya intinya dia minta maaf sih karena dulu begitu sama aku.”
“Kamu tuh belum ketemu lagi sama mas ya? Setelah kita nikah.”
Jisoo menggeleng. “Kan kamu nya sibuk.”
“Ya ketemu aja sendiri?”
“Engga ah, nanti suami aku cemburu.”
“Jiakhh, bisa aje lu kak.”
“Don't kak me, Seokmin.”
“Oke-oke, tapi aku gak papa yang kalo kamu mau ketemuan sama mas tanpa aku.”
“Aku yang gak mau.”
“Kenapa?”
“Ya gak mau aja, aku maunya sama kamu kalo ketemu dia.”
“Takut goyah?”
Jisoo menggeleng. “Aku ngehormatin kamu sebagai suami aku, Seok. Lagipula aku udah ga ada rasa sama dia.”
“Terus ada rasa sama siapa?”
“Ya sama kamu lah.”
“Cie yang ada rasa sama aku.”
Jisoo memanyunkan bibirnya. “Rese.”
Seokmin tertawa lalu ia menarik Jisoo masuk ke pelukannya.
“Makasih ya kamu udah berpikiran kayak gitu. Makasih juga udah sayang sama aku.”
“Kamu yang buat aku sayang banget sama kamu tau.”
“Tujuan awal omin itu kak.”
Jisoo mengalungkan lengannya di leher Seokmin lalu mengecup bibir tebal suaminya.
“Makasih juga udah selalu menomorsatukan aku.”
“Kamu emang harus jadi nomor satu tau.”
“Love you, mas Seokmin.”
Seokmin tersenyum lalu menggigit kecil bibir Jisoo.
“Love you too, dek Jisoo.”
Jisoo memukul lengan Seokmin. “Aku lebih tua tau.”
“Gak ngaruh, ga ada serem-seremnya menurut aku. Gemes yang ada, apalagi kalo udah ngerengek. Mau aku kurung tiap hari di kamar.”
“Mau dong di kurung.”
Seokmin langsung mengangkat tubuh Jisoo dan Jisoo dengan sigap melilit pinggang Seokmin dengan kakinya—gendong koala.
“Seok, yang bener aja dong? Ini di rumah mama tau.”
“Gak perduli, yang penting aku bisa kurung suami aku.”
“SEOKKKMIIIIINNNNN.”
End