happy birthday, papa.
Seokmin hanya memperhatikan Jisoo yang mondar-mandir di depannya.
“Tapi kalo bener gimana mas?”
Seokmin menghela nafasnya. “Sayang, dengerin mas ya. Adek ga mungkin kayak gitu, mungkin itu punya temennya atau temennya iseng masukin ke tas nya dia.”
Jisoo berhenti tepat di depan Seokmin, ia menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. “Aku takut, mas.”
“Gak ada yang perlu kamu takutin sayang, disini ada aku, aku ga bakal biarin kamu takut.” Ucap Seokmin sambil memeluk Jisoo. Wajah Jisoo bersembunyi di ceruk leher Seokmin—seakan-akan itu adalah tempat bersembunyi yang tepat.
Saat sedang saling berpelukan, pintu kamar mereka diketuk oleh seseorang.
“Masuk.” Ucap Seokmin sambil matanya menatap jam dinding yang ada dikamar mereka—23.00. Seokmin melepaskan pelukannya dan duduk di atas ranjangnya.
Ri bersembunyi dibelakang tubuh An saat mereka masuk ke kamar orang tua mereka.
“Sini adek.” Seokmin menepuk-nepuk sisi kosong disebelahnya. Ri mengikuti arahan Seokmin, dengan pandangan ke bawah—ia menghindari tatapan sang papa juga.
“Ayah, kakak mau ambil minum dulu ya.”
Seokmin mengangguk dan tersenyum. “Nanti masuk ya kak.” An mengacungi jempolnya.
Saat ini tinggallah mereka bertiga.
“Jadi siapa yang mau ngomong duluan?” Tanya Seokmin.
“Jujur dek. Itu punya kamu atau bukan?” Jisoo langsung bertanya.
Riani menggeleng. “Bukan papa.”
“Terus punya siapa? Adek tau gak papa sedih banget kalo sampe itu bener punya adek. Papa gagal jadi papa yang baik buat adek. Kalo bener adek kenapa sih? Ada masalah apa? Kenapa ga cerita? Adek, papa sedih banget.” Riani menangis ketika mendengar ucapan Jisoo. Dengan cepat Seokmin memeluknya.
“Adek, hey jangan nangis sayang.”
“Tapi bener bukan punya adek, pa.”
“Ya terus punya siapa?” Jisoo gregetan dengan Ri yang tidak mau menjawab dengan jujur.
23.30
Riani masih saja menangis, membuat Jisoo merasa bersalah dan sedikit jengkel. Apa susahnya sih jujur?
“Adek, jawab dulu papanya ya.” Seokmin mengelus-elus rambut Riani.
“Taku, ayah.” Jawab Riani lirih.
Jisoo makin sedih ketika ia lihat anaknya takut dengan dirinya.
“Papa ga marah sama adek, papa cuma mau adek jujur.” Jisoo akhirnya luluh dengan air mata Riani.
“Adek udah jujur, itu bukan punya adek.” Jawab Riani, tapi tidak melihat Jisoo yang berada di depannya.
Lalu suasana kembali hening karena riani yang tidak mau menjawab, Jisoo juga sudah kehabisan tenaga untuk berbicara.
“Ya sudah, kalo bukan punya adek, jadi itu punya siapa?” Tanya Seokmin
23.45
“Punya kak Jake.” Jawab Riani lirih.
“Kak Jake ajarin adek ngeroko?” Tanya Jisoo
Riani kembali menggeleng. “Bukan, papa.”
“Terus apa dek? Yang jelas dong sayang, jangan setengah-setengah gini.” Ucap Jisoo
23.55
“Gini deh, ayah keluar dulu. Kali aja adek maunya jujur sama papa.” Ucap Seokmin sambil berjalan keluar dari kamarnya meninggalkan Jisoo dan Riani di sana.
“Adek?”
23.57
“Adek, beneran ga diajarin aneh-aneh sama kak Jake kan?”
Riani menggeleng.
23.59
“Terus kenapa adek?”
Riani menatap jam dinding. Lalu menatap Jisoo.
“Koreknya untuk lilin di kue ulang tahun papa.” Jawaban Riani membuat Jisoo terkejut.
00.00
“Happy birthday, papa.” Jisoo tambah terkejut ketika melihat Riana dan Seokmin masuk dengan membawa kue ulang tahun. Happy birthday, papa Soo.
Jisoo menatap Riani. “Adek, kerjain papa ya?”
“Iya, tapi papa marah beneran. Aku takut.” Air mata Jisoo turun begitu saja. Jisoo bergerak untuk memeluk Riani.
“Adek, maafin papa. Papa kasar sama adek. Papa takut adek kena pergaulan bebas.” Jisoo mengecup kening Riani.
“Maaf ya pa, aku sengaja pinjem korek ke kak Jake karena kita ga punya korek.” Jawaban Riani membuat Jisoo dan Seokmin tertawa.
“Kan ada kompor, dek.” Jawab Seokmin.
Riani menatap papa dan ayahnya secara bergantian dan kemudian menepuk keningnya. “Oh iya, ga kepikiran.”
“Papa, lilinnya keburu abis.” Ucap Riana.
Jisoo mengajak Riani mendekat ke arah Seokmin dan Riana, lalu ia meniup lilin angka di atas kuenya.
“Happy birthday, papa.” Ucap ketiga orang penting di hidup Jisoo.
“Makasih ya sayang-sayangnya papa.”
Seokmin mengecup kening suaminya. “Happy birthday, sayang. Terima kasih ya selalu jadi orang sabar disini. Kamu ga pernah gagal jadi papa, Soo. Mas bangga dan sayang banget sama kamu.”
Riana mengecup pipi kanan Jisoo. “Happy birthday, papa. An sayang banget sama papa, maaf kalo An masih suka nakal. Love u, pa.”
Riani juga ikut mengecup pipi kiri Jisoo. “Happy birthday, papa. Maaf juga ya kalo Ri nakal dan bikin papa kesel terus. Sehat-sehat ya pa. Ri sayang papa.”
Jisoo menangis terharu, ia mengecupi ketiganya. Mengucapkan terima kasih yang sangat amat pada mereka, terutama pada suaminya.
“Papa juga sayang sama kalian.”