gyuboo
Seungkwan dengan susah payah membawa tubuh besar Mingyu masuk ke dalam apartemen milik Mingyu.
“Boo, jangan pergi.” Hanya itu yang Mingyu racaukan daritadi.
“Saya ga pergi kok pak, ini masih disini. Pak Mingyu butuh apa?”
“Butuh kamu.”
Seungkwan tau kalau bos nya itu punya perasaan padanya—dia pun juga begitu. Cuma ada satu kendala, yaitu orang tua Mingyu tidak menyukai kalau Mingyu berpasangan dengan orang dari kalangan menengah sepertinya. Bahkan maminya Mingyu sempat mengancam dirinya, kalau sampai ia berani mempunyai hubungan dengan Mingyu, maminya Mingyu tidak akan tinggal diam. Beliau akan menghancurkan keluarga Seungkwan. Jadi maminya Mingyu mewanti-wanti Seungkwan agar tidak mempunyai perasaan yang sama pada Mingyu, kalau itu benar terjadi, Seungkwan lah yang harus menghilang dari pandangan Mingyu. Dan tentu saja Mingyu tidak mengetahui tentang hal itu. Maminya meminta Seungkwan untuk tutup mulut.
Tapi, sepertinya kali ini ia tidak bisa menahan lagi. Biarlah ia menjadi manusia egois. Ia hanya ingin bersama pujaan hatinya—walau hanya sebentar.
“Kok kamu diem?” Pertanyaan Mingyu membuyarkan lamunan Seungkwan.
“Pak Mingyu, ganti baju dulu yuk?”
“Gak usah pake baju, gimana?”
“Nanti masuk angin, gimana?”
Mingyu tidak menjawab, ia malah menarik tangan Seungkwan ke dalam pelukannya. Menghirup aroma sampo yang Seungkwan gunakan.
“Seungkwan, i love you.”
Seungkwan ingin menangis saat itu juga. Tapi harus bisa ia tahan.
“Pak Mingyu, i love you too.”
Seungkwan merasakan tubuh Mingyu menegang. Kemudian Mingyu menatap wajah Seungkwan.
“Kamu serius?” Seungkwan mengangguk.
Mingyu senang bukan main, ia kembali memeluk Seungkwan dengan erat.
“Aku sayang banget sama kamu, boo.”
“Aku juga, sayang banget sama kamu.”
“Boo, kita nikah aja ya? Aku gak bisa nahan lagi. Aku pengen banget jadiin kamu satu-satunya buat aku.”
Seungkwan tertawa kecil, padahal dalam hatinya dia ingin menangis.
“Pak, saya minta sesuatu boleh gak?”
“Apa? Kamu mau apa sayang,hm?”
Seungkwan merasakan ada kupu-kupu berterbangan di perutnya. Jadi, begini rasanya di sayang Kim Mingyu?
“Tapi harus diturutin ya?”
“Iya, aku bakal turutin semuanya buat kamu.”
“Pak, saya pengen banget ngerasain bapak.”
Seungkwan melihat perubahan wajah Mingyu.
“Maksud kamu?”
“Sayang, bercinta sama aku yuk? Aku pengen kamu jadi yang pertama.”
Ucapan Seungkwan benar-benar membuat Mingyu terkejut. Pasalnya, Seungkwan bukan tipe orang yang suka melakukan itu bahkan membicarakan itupun dia tidak suka.
“Hey sayang, ini kamu mabuk ya? Kok ngelantur gini?”
Seungkwan tersenyum. “Aku sadar tau. Ayo Mingyu, aku pengen.”
“Boo, kamus serius?”
“Sangat-sangat serius.”
“Tapi kamu jangan nyesel ya?”
Seungkwan kembali tersenyum. “Aku udah pikirin ini mateng-mateng. Dan aku gak bakal nyesel, Mingyu.”
“Tapi mungkin aku bakal nyesel karena udah kehilangan kamu, Mingyu.”
. . . . . . . . . . . .
“Nghhhhh—.”
Seungkwan mendesah ketika Mingyu menghentakkan miliknya dengan kencang.
“Ming—gyuh—ahhhh—.”
Mingyu tersenyum ketika melihat Seungkwan dengan susah payah untuk berbicara karena ulahnya.
“Kenapa sayang?”
“Gyu—nghhhhh—.”
“Enak ya diginiin,hm? Suka kamu aku giniin?”
Dengan berantakan Seungkwan mengangguk.
Mingyu makin menggila ketika ia merasakan kejantanannya dijepit oleh lubang Seungkwan. Ia mendongakkan kepalanya ketika dengan sengaja Seungkwan malah memilin-milin putingnya yang menegang.
“Gyu?”
“Hmmm?”
“Sini.” Seungkwan menarik kepala Mingyu agar mendekat ke dadanya. Kemudian ia membusungkan dadanya agar Mingyu memasukkan salah satunya ke mulutnya. Mingyu tersenyum ketika Seungkwan melakukan itu.
“Kenapa kayak gitu?” Tanya Mingyu—sesekali ia melepaskan kulumannya di dada Seungkwan.
“aku pengen kamu masukin aku sambil nenen, Gyu.nghhhhh—.” Mingyu melihat wajah Seungkwan yang memerah, ntah karena menikmati permainan mereka atau karena malu.
“Sayang, kamu tau gak sih kamu cantik banget kalo lagi kayak gini.” Mingyu mengecupi seluruh wajah Seungkwan. Kecupannya turun ke leher Seungkwan tapi ia tidak memperlambat gerakan pinggulnya.
“Ah ah ah ah ah ah Mingyu ah.”
Tubuh Seungkwan terlonjak-lonjak karena tumbukan Mingyu.
“Kamu mau keluar, yang?”
Seungkwan mengangguk ribut. Ia meremat lengan kokoh Mingyu ketika keduanya ada di pinggangnya.
“Ayo bareng.”
Mingyu mendongakkan kepalanya kembali ketika lagi-lagi Seungkwan menjepitnya, ia juga mengocok kejantanan milik Seungkwan. Dengan sisa-sisa tenaganya ia makin mengencangkan gerakannya. Seungkwan sendiri makin mengeluarkan suara-suara desahannya. Kepalanya pusing karena kenikmatan yang Mingyu berikan.
“Mingyu, aku ga ku—ahhhhhhhhhh.” Seungkwan yang lebih dulu keluar.
“Yang, aku kelu—ARGHHHHHHH.” Lalu Mingyu menyusulnya.
Nafas keduanya memburu akibat pelepasan mereka. Mingyu menjatuhkan kepalanya di potongan leher Seungkwan. Memberikan kecupan-kecupan kecil di sana.
“Makasih sayang, kapan-kapan lagi ya?”
“Minggir ah, aku mau tidur.”
Mingyu tertawa, lalu ia menggulingkan tubuhnya ke samping Seungkwan lalu merapatkan tubuh keduanya dengan pelukan.