figuran

Seokmin sudah sampai di apartemen milik Jisoo, Jisoo bahkan sudah menyiapkan makanan untuk mereka.

“Kamu masak banyak banget Soo?”

“Aku gak tau kamu suka apa, jadi aku masak apa aja.”

“Jadi ngerepotin kamu ini mah.”

“No, aku seneng.”

“Aku makan ya?”

Jisoo tersenyum, lalu memperhatikan Seokmin memakan masakannya.

“Enak?”

Seokmin mengangguk. “Enak banget.”

“Abisin ya?”

“Kamu juga makan dong.”

“Okay.”

. . . . . . . . . .

Saat ini Jisoo dan Seokmin sedang menikmati wine yang Jisoo beli kemarin.

“Jangan banyak-banyak, Seok.” Ucap Jisoo

“Jisoo, kamu pernah gak jatuh cinta sama orang yang gak bisa kamu dapetin?”

“Pernah, kamu kan?”

Seokmin terkekeh. “Sedih banget ya?”

“Ya namanya manusia Seok, suka menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.”

Seokmin terdiam, lalu ia menatap wajah Jisoo. Sedetik kemudian wajah keduanya sudah berhadapan. Seokmin mengelus wajah Jisoo dengan lembut.

“Kamu cantik banget, Soo.”

“Kamu mabuk, Seok.”

“Aku cium, boleh?”

Jisoo tidak menjawab, tapi ia menutup matanya dan itu adalah lampu hijau untuk Seokmin.

Lalu Seokmin menarik tengkuk leher Jisoo, dan menyatukan bibir keduanya. Seokmin menyesap bibir Jisoo yang manis karena wine. Lidah keduanya saling beradu satu sama lain, Jisoo sudah mengalungkan lengannya di leher Seokmin menahan kepala Seokmin agar tidak menjauh dari dirinya.

30 menit kemudian Seokmin terlebih dahulu melepaskan tautan bibir mereka, keduanya terengah-engah karena ciuman panas mereka.

“Mau disini atau di kamar, Seok?”

“Kamu maunya dimana?”

“Kamar?”

“Kedengarannya bagus.”

. . . . . . . . . .

Jisoo mendongakkan kepalanya ketika Seokmin mengecupi lehernya. Ia menahan kepala Seokmin agar terus di sana. Tangan Seokmin menyusup ke dalam baju yang dikenakan Jisoo, mengelus gundukan kecil di dada Jisoo.

“Ohhhh—.” Jisoo melenguh ketika Seokmin mencubit putingnya.

Lalu Seokmin menarik kepalanya, dan fokus membuka pakaian Jisoo dengan sesekali menatap Jisoo yang menahan nafsunya dengan menggigit bibir bawahnya untuk menggoda Seokmin.

“Jangan di gigit, itu tugas aku.” Ucap Seokmin sambil mengelus bibir Jisoo yang tadi ia gigit.

Seokmin mengecupi bagian dada Jisoo, ia menggigit-gigit kecil gundukan kecil Jisoo dan lagi-lagi Jisoo menahan kepala Seokmin agar terus di sana.

“Jangan berenti, ohhh aku suka—hm.”

Setelah itu, Jisoo mendorong tubuh Seokmin. Ia menyesap semuanya yang ada di tubuh Seokmin. Sekarang ia terhenti di depan kejantanan Seokmin.

“Aku buka ya, Seok?”

Seokmin mengangguk. Ia menyamakan posisinya. Jisoo membuka resleting celana Seokmin dengan pelan, sesekali ia mengelus-elus bagian itu. Setelah terbuka, terpampang jelas kejantanan Seokmin yang sudah berdiri tegak.

Jisoo mengulum kejantanan Seokmin, ia menaik-turunkan kepalanya agar bisa melahap habis kejantanan Seokmin. Seokmin sendiri sudah tidak bisa lagi menahan desahannya, ia mengelus rambut Jisoo.

“Oh—.” Ketika Jisoo menghisap kejantanannya.

“Pinter banget sih, Soo.”

Jisoo tersenyum dengan kejantanan Seokmin yang masih berada di mulutnya. Lalu ia melakukan lagi apa yang ia lakukan tadi.

“Ohhhh Jisoo—.”

Jisoo mempercepat gerakannya ketika ia merasakan kejantanan Seokmin sudah mulai membesar di dalam mulutnya. Seokmin sendiri sudah menahan kepala Jisoo agar terus memakan kejantanannya, ia bahkan sedikit menggerakkan pinggulnya membantu Jisoo.

“Ahhhhh—.”

“Uhuk—.” Seokmin keluar tepat di dalam mulut Jisoo sampai Jisoo tersedak.

Seokmin mengelus wajah Jisoo yang masih ada sisa-sisa cairan miliknya.

“Enak banget mulut kamu, Soo.”

Jisoo tersenyum malu ketika Seokmin memujinya. Lalu Seokmin berbalik mendorong tubuh Jisoo. Jadi sekarang posisinya Jisoo berada dibawah kungkungan Seokmin. Dari bawah Jisoo melihat Seokmin yang sudah membuka semua pakaiannya.

Seokmin mengambil pelumas dan pengaman yang Jisoo sudah sediakan. Ia melumuri kejantanannya dan lubang Jisoo dengan pelumas itu. Jisoo mendesah kecil ketika dengan sengaja Seokmin melakukan gerakan memutar di lubangnya.

“Seok—.”

“Aku masukin ya?”

Jisoo mengangguk, ia tidak sabar akan melakukan dengan Seokmin.

Saat Seokmin akan memasukkan kejantanannya ke lubang Jisoo, tiba-tiba handphone Seokmin berbunyi dan nama Soonyoung tertera di sana. Dengan buru-buru ia mengangkat panggilan itu, terlihat jelas kekhawatiran di wajah Seokmin.

“Seok, ada apa?”

Seokmin turun dari ranjang Jisoo, ia memakai kembali pakaiannya.

“Soo, maaf. Soonyoung butuh aku. Nanti aku telfon kamu, ya?” Seokmin mengecup kening Jisoo dan berlalu begitu saja meninggalkan Jisoo yang bahkan tidak berusaha menahannya.

“Lo harus tau kalo bukan elo yang dia mau, Soo.”