dua kali

“aww masshh.”

Jihoon memekik keras ketika Seungcheol menggigit lehernya. Seungcheol tertawa kecil lalu ia membuka kemeja yang suaminya kenakan. Mereka tidak jadi mengawali kegiatan seks mereka dari kamar mandi, karena sejak di mobil Jihoon sudah menggoda Seungcheol dengan terus-terusan menyentuh kejantanan Seungcheol.

“Kok puting kamu merah?”

Jihoon memutar otaknya ketika Seungcheol bertanya.

“I-itu mas, dada aku gatel banget terus aku agak cubit tapi kayaknya kekencangan jadi merah gini.”

“Mana ada gatel, udah jelas itu bekas gigitan.”

“Gatel?”

Jihoon mengangguk. “Udah lama ga di gigit mas kayaknya.”

Seungcheol tersenyum, lalu ia mengelus-elus puting itu.

“Kalo mas gigit sekarang, sakit gak?”

“Aku malah mau di gigit sama mas, gigit ya mas?”

Seungcheol tertawa. “Jangan ngeluh loh ya kalo nanti bengkak terus sakit ke gesek-gesek baju.”

“Iya mas sayang.”

Seungcheol dengan cepat memasukkan puting Jihoon ke dalam mulutnya. Dijilat. Digigit. Dihisap. Secara berkala, dan tentunya membuat Jihoon melenguh. Jihoon menekan kepala Seungcheol agar terus mengerjai putingnya. Sebelah tangan Seungcheol ia arahkan ke lubangnya. Dengan senang hati Seungcheol memasukan satu jarinya ke lubang suaminya itu.

Longgar

Tapi Seungcheol tidak menghentikan kegiatannya itu. Ia kembali memaju-mundurkan jarinya di lubang suaminya itu, dengan mulutnya yang sudah berpindah ke puting Jihoon yang satu lagi.

Jihoon sudah sangat-sangat pusing karena kenikmatan itu. Ia hanya bisa mengeluarkan suara-suara desahan yang membuat Seungcheol makin giat mengerjainya.

Sudah puas dengan kedua puting Jihoon, Seungcheol mengecupi perut datar suaminya. Dan turun ke kejantanan Jihoon. Masih mengecupi bagian paha dalam suaminya yang sudah merengek minta di masukkan.

“Mas gak pake kondom ya?”

“Kenapa?”

“Abis.”

“Kayaknya masih ada beberapa deh kemarin?”

Skakmat

“Ngaco, terakhir tuh yang waktu itu kita pake.”

Jihoon tidak mementingkan masalah pengaman, ia sudah benar-benar tidak berpikir apapun, ia hanya berpikir jika suaminya harus cepat memasukkan kejantanannya ke dalam lubangnya dan mereka berteriak nikmat.

“Tapi nanti mas bersihin aku ya?”

Seungcheol mengecup bibir Jihoon. “Kapan mas biarin kamu bersihin sendiri?”

Jihoon tertawa. Ia menarik lagi tengkuk leher suaminya dan mencium bibir suaminya dengan berantakan. Dan itu cukup membuat Seungcheol kewalahan tapi tetap bisa mengimbangi permainan bibir suaminya.

Ciuman mereka terlepas ketika Jihoon memutuskannya, dan berteriak. Itu karena Seungcheol dengan tiba-tiba memasukkan kejantanannya.

“Mas ih.”

“Maaf sayang.”

“Kamu biasanya mau lama-lama finger-in aku.”

Kenapa musti lama, kamu longgar Jihoon

“Aku gak kuat yang.” Ucap Seungcheol sambil menyengir.

Jihoon mengalungkan tangannya di leher Seungcheol.

“Setubuhi aku, mas.”

. . . . . . . . . .

Seungcheol menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya, ia merasakan sesuatu bergerak di bawah sana. Ia membuka matanya, dan terkejut ketika melihat Jeonghan sedang melahap kejantanannya.

“Jeonghan, kamu gila.” Pekiknya pelan karena jujur saja, Jihoon masih tidur memeluk dirinya.

Jeonghan melepaskan kejantanan Seungcheol dari mulutnya, ia bergerak ke atas dan menatap wajah Seungcheol. Dan menaruh telunjuknya di bibir majikannya itu.

“Kalo bapak berisik, kita ketauan.” Ucap Jeonghan tepat di telinga Seungcheol.

Jeonghan bangkit, dan kemudian dengan gerakan sensual ia membuka seluruh pakaiannya. Dan itu membuat Seungcheol terkejut, ia meminta Jeonghan tidak melakukan itu. Tapi Jeonghan tidak menurutinya, ia malah mengambil tangan Seungcheol dan mengarahkannya ke putingnya.

Seungcheol melirik ke suaminya yang masih terlelap, dengan takut-takut ia memilin puting milik Jeonghan. Jeonghan menggigit bibir bawahnya—menggoda Seungcheol. Lalu ia menangkup kejantanan Seungcheol dan mengurutnya dengan pelan.

Keduanya melenguh pelan keduanya makin bersemangat mengerjai masing-masing sesuatu yang mereka sukai satu sama lain.

Jeonghan kemudian ikut bergabung di atas ranjang Seungcheol dan Jihoon. Ia mengarahkan putingnya ke mulut Seungcheol dan dengan cepat Seungcheol meraupnya. Di waktu yang bersamaan, Jihoon menggeliat dan membalikkan tubuhnya—memunggungi Seungcheol dan Jeonghan.

Tangan Seungcheol yang tadi di jadikan bantalan oleh Jihoon, kini menganggur dan itu Jeonghan gunakan untuk ia arahkan ke lubangnya.

“Pak Jihoon bahkan bolehin kita bersetubuh pak.”

. . . . . . . . . .

Jeonghan terlonjak-lonjak kecil ketika Seungcheol menyentaknya dengan pelan tapi cukup membuatnya ingin berteriak. Tapi ia harus menahan desahannya karena ada Jihoon di sana.

Jeonghan menyandarkan tubuhnya ke tubuh Seungcheol yang berada di belakangnya. Tangannya ia kalungkan di leher Seungcheol, dan keduanya berciuman dengan Seungcheol yang masih menggerakkan pinggulnya dari belakang.

Seungcheol melepaskan tangan Jeonghan dan menyuruhnya bertumpu pada ranjangnya. Doggy-style

“Ouhhhh—.” Lenguh Jeonghan pelan

Keduanya bersetubuh di belakang Jihoon. Benar-benar dibelakang

“Anghhhhh.” Desah pelan keduanya ketika mereka berdua sama-sama mencapai puncak kenikmatan.

Keduanya terengah-engah, Jeonghan dengan cepat mencium bibir Seungcheol.

“Gimana pak?”

“Kamu gila Jeonghan—”

“—tapi saya suka.”

Lalu keduanya larut dalam ciuman panas mereka.