Seungcheol membuka handphone Jeonghan, ia menemukan nomor tidak dikenal di sana. Lalu ia membalasnya, dan terkejut mengetahui siapa orang yang mengirimkan pesan itu.
Jeonghan keluar dari kamar mandi, melihat Seungcheol yang sedang menatap handphonenya.
“Kenapa mas?”
“Lo ketemu Minhyuk?”
“Iya tadi, gak sengaja.”
“Kok gak bilang?”
“Ini baru mau cerita.”
“Lo kasih nomor lo ke dia?”
Jeonghan mengernyitkan keningnya. “Tadi emang sempet dia minta, tapi Han gak kasih karena keburu ditarik sama Jisoo. Kenapa emang?”
“Dia chat lo.”
“Hah?” Jeonghan melihat handphonenya, dan benar itu Minhyuk.
“Han berani sumpah mas, bukan Han yang kasih.”
Seungcheol mengangguk. “Percaya kok gue. Ayo tidur.”
Jeonghan naik ke atas ranjang dan masuk ke pelukan Seungcheol.
“Han gak bohong kok mas.”
“Iya Han, mas percaya. Mas izin balesin, gapapa kan?”
“Ya gapapa lah. Mau mas block juga gapapa.”
“Mas kerjain dikit ah.”
“Iseng.”
“Biarin, biji berulah apa hari ini yang?”
“Engga ada sih. Tapi tadi Han beli perlengkapan bayi banyak banget.”
“Apa yang kurang?”
“Engga ada sih.”
“Lo gak beli stroller bayi?”
“Jisoo katanya yang mau beliin.”
“Oh yaudah.”
“Mas?”
“Hm?”
“Mau di cium.”
“Apanya?”
“Kening, pipi, hidung, bibir.”
Seungcheol menuruti keinginan Jeonghan, ia mengecup kening, lalu pipi, hidung dan terakhir bibir—ini lebih lama dari yang lain.
“Dah?” Jeonghan mengangguk.
“Tidur ya?” Jeonghan mengangguk lagi.
Seungcheol turun ke perut besar Jeonghan.
“Biji, ayah sama papa tidur ya kamu juga tidur, jangan ngerjain papanya lagi. Selamat bobok biji kesayangan ayah dan papa.”