Ciuman yang berantakan mengawali pergumulan keduanya. Jeonghan yang sudah berantakan terbanting ke ranjang dengan Seungcheol yang menatapnya lapar.
“Jeonghan, aku harap kamu ga nyesel besok.” Setelah mengucapkan itu Seungcheol membabi buta di atas tubuh Jeonghan. Mulutnya ia gunakan untuk mencumbu laki-laki dibawahnya itu.
Lenguhan Jeonghan terdengar merdu di telinga Seungcheol, membuatnya tambah bersemangat untuk meninggalkan jejak-jejak kemerahan di sana.
Jeonghan menekan kepala Seungcheol yang berada di dadanya, mulutnya tidak berhenti mengeluarkan desahannya.
“Mmhhm... Haa...” Tubuh Jeonghan melengkung ketika Seungcheol menghisap putingnya dan mengelus lubangnya.
Setelah puas, Seungcheol membuka seluruh pakaiannya dan pakaian Jeonghan dengan Jeonghan yang menatapnya dengan tatapan menggoda.
“Sange ya kamu? Suka nenenin aku,hm?” Jeonghan mengangguk tangannya direntangkan meminta Seungcheol untuk menyentuh dadanya lagi. Dan disambut dengan senang hati oleh Seungcheol.
Tangan Seungcheol aktif di bagian bawah Jeonghan, berpindah-pindah dari kejantanan Jeonghan kemudian ke lubang Jeonghan. Jeonghan berjengkit ketika sesuatu memasuki lubangnya. Dan ini pertama kalinya ada yang memasukinya kecuali dildonya.
Seungcheol mendongak menatap Jeonghan yang sedang kesakitan tapi mungkin juga karena keenakan. Ia merasakan jarinya diremat kuat oleh lubang Jeonghan, bahkan ia juga bisa merasakan lubang Jeonghan yang berkedut.
Setelah Seungcheol rasa cukup, ia mulai mengarahkan kejantanannya ke lubang Jeonghan. Jeonghan mengerang kesakitan dan nikmat secara bersamaan ketika Seungcheol mulai masuk ke dalamnya.
“Jeonghan, kamu cantik banget kalo lagi sange gini. Aku jadi ikutan sange. Sayang, mau aku entotin? Yang keras?” Ucapan kotor yang Seungcheol tanyakan hanya dibalas desahan oleh Jeonghan.
“Oke, yang keras. Aku bakal bikin kamu terbang ke langit ketujuh.”
. . . . . . . . . . . . .
“ahhh! Ah! Ah! Ah! Ah! Ah!” Jeonghan terlonjak-lonjak akibat tumbukan keras Seungcheol. Seungcheol benar-benar tidak memberinya ampun, apalagi ini sudah ronde ketiga yang mereka lakukan.
“More—mmmm.... Ah.. Ah.. Ah... Deep—er—ouhhhhhh.”
“Suka ya aku entotin kayak gini,hm? Sukanya dari depan apa belakang?” Tanya Seungcheol, sambil tangannya menangkup wajah Jeonghan yang sedang ia kecupi belakang telinganya sambil pinggulnya terus bergerak.
“Dep—AHH.”
“Kenapa depan,hm? Biar bisa nenenin aku lagi, iya? Suka ya kalo nenennya diisep-isep gitu?” Dengan berpegang kuat pada leher Seungcheol, Jeonghan kembali mengeluarkan cairannya.
Sudah 6x Jeonghan keluar malam ini, dan malam masih cukup panjang bagi Seungcheol. Seungcheol sendiri sebenarnya bukan orang yang suka seks dengan banyak orang, dia hanya pernah 2x jajan—itu juga karena diajak Mingyu. Seungcheol lebih suka seks dengan orang yang ia cintai. Tapi ia belum pernah melakukannya dengan Jessica. Rahasia kita, ya.
“Han, aku keluar ya.” Seungcheol mendongak ketika kejantanannya menembakkan cairannya ke dalam lubang Jeonghan. Ini cairan ketiga yang ia keluar di dalam Jeonghan.
Nafasnya terengah-engah, kejantanannya juga masih mengeluarkan cairan, ia juga merasakan kedutan pada lubang Jeonghan.
Setelah Seungcheol rasa cukup, ia mengelus kejantanannya dari lubang Jeonghan sedangkan Jeonghan ia sudah terlelap karena kelelahan akibat 6x pelepasan malam ini.
Seungcheol membersihkan tubuhnya dan tubuh Jeonghan, setelahnya ia ikut berbaring di sebelah Jeonghan. Malam ini malam yang indah untuknya, karena ia bisa menghabiskan malam dengan orang yang selama ini menempati posisi pertama dihatinya.
Seungcheol sadar, 85% sadar karena ia cukup tolerir pada alkohol. Tapi yang ia tidak sadar adalah mungkin saja Jeonghan bisa membencinya karena malam ini.
. . . . . . . . . . . . .
Jeonghan terbangun lebih dulu, ia merasakan tubuhnya yang sakit luar biasa apalagi bagian bawahnya. Dengan meringis dan mencoba sadar, ia menatap sekelilingnya dan ternyata ia tidak berada dikamar nya. Tubuhnya terpaku ketika ia melihat dirinya tidak memakai sehelai benang pun. Dengan takut, ia mencoba melihat seseorang disebelahnya yang masih terlelap.
Jeonghan terkejut, tiba-tiba saja air matanya mengalir turun. Dengan sakit dibawahnya ia pelan-pelan mengambil semua pakaiannya, memakainya kembali dan berjalan mengendap-endap keluar dari kamar hotel itu meninggalkan Seungcheol.