cheolsoo
Setelah mengantar Jeonghan dan kedua anak mereka, Seungcheol dan Jisoo langsung bergegas pulang menuju rumah mereka.
Di perjalanan pulang, salah satu tangan Seungcheol sesekali tidak berhenti bergerak menggerayangi tubuh suaminya. Jisoo sendiri hanya pasrah ketika salah satu putingnya di pilin bahkan di cubit kecil dari luar bajunya oleh Seungcheol.
“Nanti dulu kenapa sih Dy.” Sudah berkali-kali Jisoo mengucapkan itu tapi jawaban Seungcheol hanya “aku pegang doang.” Sampai akhirnya Jisoo mengalah dan membiarkan Seungcheol membuat salah putingnya lecet.
“Tadi ada yang godain kamu gak?” Tanya Seungcheol sambil memasukkan tangannya ke dalam baju Jisoo—agar bisa menyentuh bagian sensitif suaminya itu. Yang perlu kalian ketahui, Jisoo dan Jeonghan mempunyai titip sensitif yang berbeda, kalau Jisoo di putingnya, kalau Jeonghan di sekitar belakang telinga dan lehernya. Jadi kalau Jisoo hanya dengan disentuh putingnya saja ia bisa menegang kalau Jeonghan harus dikecup di area tersebut. Dan ini cukup menyenangkan untuk Seungcheol, apalagi jika sedang melakukannya bertiga, itu adalah waktu kesukaan Seungcheol karena ia bisa melihat kedua wajah suaminya yang menikmati perlakuan dirinya.
“Ada beberapa yang minta nomor aku, cuma Jeonghan langsung buru-buru kasih kissmark.” Ucap Jisoo sambil memperlihatkan lehernya yang terdapat tanda merah dari suaminya. Jisoo berusaha keras untuk menjawab pertanyaan Seungcheol, karena jujur saja dirinya saat ini hampir dikuasi oleh nafsunya.
“Picuu nakal sih pake buka-buka kancing.” Ucap Seungcheol sambil kembali menjalankan mobilnya tapi salah satu tangan tidak berhenti di dalam baju Jisoo.
“Panas tadi tuh Dy.” Seungcheol tersenyum ketika dirinya berhasil meruntuhkan nafsu Jisoo. Buktinya saat ini Jisoo malah menekan tangan Seungcheol yang berada di dadanya—bahkan mengarahkan tangan Seungcheol untuk mencubit putingnya agak lebih keras—sampai membuat dirinya menggelinjang kecil.
“Jangan kenceng-kenceng sayang, nanti tambah lecet.” Ucap Seungcheol tapi tetap mengikuti arah gerak tangan Jisoo yang menuntun tangannya.
“Dy, basah bawahnya.” Jisoo memberengut lucu ketika ia merasakan lengket di bagian bawahnya.
Seungcheol tidak menjawab, ia menarik tangannya yang tadi di dada Jisoo—membuat Jisoo mengerucutkan bibirnya kesal—untuk memarkirkan mobilnya di garasi rumah mereka—kebetulan pagar rumah mereka adalah pagar otomatis, jadi tidak perlu turun atau minta tolong orang untuk membukanya.
Seungcheol menoleh mendapati suaminya melipat kedua tangannya di dada.
“Kenapa?”
“Kok dilepas?”
Seungcheol tersenyum sambil mengelus-elus kepala Jisoo. “Picuu maunya disentuh di situ aja? Gak mau Dy masukin?” Jisoo baru sadar kalau mereka sudah sampai di rumah.
Dengan langkah cepat, Jisoo malah mendudukkan dirinya di atas pangkuan Seungcheol. Membuat Seungcheol terkejut tentu saja, pasalnya Jisoo tidak terlalu suka dipangku di tempat sempit seperti ini.
“Mau digendong?” Tanya Seungcheol sambil sesekali ia kecup leher Jisoo yang terekspos.
“Disini aja, Dy.” Jawaban Jisoo membuat Seungcheol terkejut.
“Tumben, biasanya kamu ga seneng kalo ditempat sempit kayak gini,hm?” Jisoo merasakan bibir kenyal suaminya menyentuh rahangnya.
“Udah ga kuat, lubang aku udah kedutan.”
Seungcheol tertawa. “Yaudah dibelakang ya? Disini sempit banget, nanti kaki kamu kepentok.”
Jisoo menurut, ia kemudian melangkah ke belakang terlebih dahulu sedangkan Seungcheol memutuskan untuk keluar terlebih dahulu untuk pindah ke kursi belakang.
“Jauh banget sih pake keluar dulu.” Ucap Jisoo yang kembali duduk di pangkuan Seungcheol ketika Seungcheol sudah masuk kembali.
“Paha aku kegedean deh yang.” Lalu keduanya tertawa.
“Tapi aku punya rules Pi.” Ucap Seungcheol.
“Apa?”
“No kiss, sebelum aku bolehin.” Jisoo mengernyitkan keningnya, pasalnya dia suka sekali dicium saat ditumbuk Seungcheol.
“Kenapa? Dy gak mau cium aku lagi?” Tanya Jisoo sedih, membuat Seungcheol kelabakan.
“Gak gitu Pi, Dy mau cium pi tapi nanti. Nah sebagai gantinya, Dy jilat ya belakangnya.” Ucapan Seungcheol membuat Jisoo bersemu. Setelah sekian lama akhirnya lubangnya bertemu dengan lidah panas Seungcheol. Bukan Seungcheol tidak pernah melakukannya, tapi Jisoo yang tidak mau. Jorok katanya, tapi sebenarnya Jisoo hanya ingin melihat wajah Seungcheol yang sedang memberinya kenikmatan.
Jisoo mengangguk, lalu ia sedikit berdiri untuk membuka celananya—dibantu Seungcheol tentu saja—setelah celananya terbuka dan menampilkan lace panties yang Seungcheol pilihkan untuknya.
Sebelum menungging di depan Seungcheol, Jisoo melihat tatapan Seungcheol tidak lepas dari benda yang hanya menutupi belahan bokongnya. Jisoo tersenyum malu ketika Seungcheol memposisikan badannya ke depan sedangkan bokongnya ke wajah suaminya itu.
“Ini yang aku beliin buat kamu sama PaHan kan, Pi?” Bulu kuduk Jisoo meremang kita Seungcheol mengelus dengan gerakan memutar mengikuti celana dalam itu menutupi tubuh indah Jisoo.
“Iya Dy, cuma PaHan gak mau karena dia ga terlalu suka yang berenda begini.” Jawab Jisoo sesekali menggigit bibir bawahnya menahan desahannya.
“Tapi Picuu suka?”
Jisoo mengangguk. “Suka Dy, aku suka banget—aww.” Jisoo memekik ketika dengan tiba-tiba Seungcheol menarik celana dalamnya.
“Tapi kan ini ga nutupin pantat besar kamu, sayang.” Seungcheol mengecupi pipi bokong Jisoo sambil menarik celana dalam Jisoo agak lebih erat—lalu ia gesekkan—membuat sang empu mau tak mau mengeluarkan desahannya.
“Sayang suka ya pantatnya gak ke tutupan,hm? Suka ya pake celana begini? Atau suka aku gesek begini, iya sayang?”
“Mmhhm...Haa... Ah! Ah!” Yang ditanya tidak bisa menjawab.
Jisoo mencengkram erat bangku depan ketika Seungcheol makin kencang menggesekkan celana dalamnya pada belahan bokongnya. Bahkan sebelah tangan Seungcheol sudah menggenggam kejantanan Jisoo yang masih berbalut celana itu.
“Picuu, DyCheol tanya loh ini.” Seungcheol tau Jisoo tidak bisa menjawab karena ia makin menambah kecepatan tangannya.
“Ah! Ah! Ahhhhhhhh—.” Jisoo berhasil mengeluarkan cairannya, dan sekarang celana dalamnya sudah basah kuyup oleh cairannya sendiri. Jisoo masih mengatur nafasnya, kakinya terasa lemas kalau tidak ditahan oleh Seungcheol mungkin ia akan terjatuh ke depan.
Seungcheol menarik Jisoo agar kembali duduk di pangkuannya. “Baru aku tarik loh yang, belum pake lidah.”
“Masih mau pake lidah atau Dy mau langsung masuk?” Tanya Jisoo yang nafasnya sudah mulai teratur.
“Picuu mau gak pake lidah?”
Jisoo mengangguk malu. “Aku kangen, Dy.”
“Abis aku tanyain gak mau terus.” Ucap Seungcheol sambil menjawil hidung Jisoo. Lalu kemudian, Seungcheol kembali memposisikan Jisoo seperti tadi, tapi kali ini tentu saja sudah tidak ada menutupi bokong indah Jisoo.
Seungcheol melihat lubang Jisoo yang berkedut—seperti minta diisi akan sesuatu—dan tentu saja dengan senang hati Seungcheol memberinya.
Jisoo merasakan udara panas dari Seungcheol—yang artinya Seungcheol sudah dekat dengan lubangnya—lalu sedetik kemudian ia merasakan sesuatu yang panas mengenai lubangnya. Membuat Jisoo kembali mencengkram erat bangku depan—dengan mata terpejam dan kepala mendongak.
“Mmhhm... Haaa... Haaa....! Ah! Ah! Ah!” Kembali nafas Jisoo menderu ketika dengan sengaja Seungcheol memutar-mutar lidahnya di sana. Dan tanpa sadar juga Jisoo mulai mengikuti ritme gerakan lidah Seungcheol. Membuatnya tubuhnya makin menggelinjang hebat akan sensasinya.
Hampir 15 menit Seungcheol di sana, dan sekarang Jisoo akan meledak. Jisoo merapalkan nama Seungcheol membuat Seungcheol mengerti kalau suaminya itu akan keluar untuk kedua kalinya. Dengan cepat Seungcheol memutar tubuh Jisoo untuk menghadapnya dan setelahnya ia meraup kejantanan Jisoo lalu menghisapnya kuat.
“ahhh! Haa... Haaaa... Hah.....” Jisoo keluar untuk kedua kalinya. Setelah dirasa cukup Seungcheol melepaskan kejantanan Jisoo dari mulutnya. Lalu mendudukkan lagi suaminya itu di pangkuannya.
“Suka?” Tanya Seungcheol sambil mengelap keringat yang membasahi kemeja Jisoo. Seperti yang dilihat, Jisoo sudah acak-acakan sedangkan Seungcheol masih rapih dengan baju kantornya.
Jisoo mengangguk lemas, ia bahkan meletakkan kepalanya di bahu Seungcheol. “Istirahat dulu boleh, Dy?”
Seungcheol tertawa. “Boleh dong sayang, kan niatnya seneng-seneng bukan pemaksaan.” Seungcheol mengecup bahu Jisoo yang terekspos karena kemejanya agak turun.
“Dy, mau di sepong?” Tanya Jisoo
“Dy ga usah sayang, mau langsung masuk aja. Boleh ya?”
Jisoo mengangguk. “Boleh, Dy.”
“Tapi di kamar yuk? Sakit nanti badannya kalo disini.”
“Oke, aku pake celana dulu.”
“Gak usah, nanti dibuka juga.”
“Terus aku telanjang keluarnya?”
Seungcheol mengambil jas yang sempat ia lepas, lalu ia ikat di pinggang Jisoo. “Dy gendong aja ya, Pi. Biar cepet.” Lalu keduanya keluar dari mobil—melupakan celana Jisoo yang masih tergeletak di bawah bangku.
. . . . . . . . . . . .
07.00
Alarm pagi dari ponsel Jisoo berbunyi. Membangunkan kedua orang yang masih bergelung satu sama lain. Keduanya baru menyelesaikan kegiatan panas mereka pukul 2 dinihari—mereka bahkan tidak sempat makan malam karena sudah diliputi nafsu.
Jisoo yang terlebih dahulu bangun—jujur saja ia seperti sudah tertular Jeonghan yang kalau mendengar suara sesuatu akan bangun. Jisoo mematikan alarmnya, mengecek jamnya.
“Dy, kamu gak kerja?” Jisoo menggoyangkan lengan Seungcheol yang berada di atas perutnya.
Seungcheol yang terganggu oleh Jisoo, malah mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di dada Jisoo.
“Dy, kerja.”
“Hm, aku cuti yang.”
“Kapan kamu cutinya?”
“Cuti dadakan, aku udah bilang Hansol semalem.”
“Yaudah, aku mau masak dulu deh. Laper, semalem kita ga makan sama sekali.”
“Aku makan.”
“Makan apa?”
“Makan kamu.” Jisoo mencubit lengan Seungcheol, lalu ia mencoba melepaskan dirinya tapi lagi-lagi Seungcheol menahannya.
“Dy, lepas dulu ah. Laper banget ini aku.” Ucap Jisoo sambil merengek. Jadi mau tidak mau Seungcheol melepaskannya. Lalu Jisoo memungut kemeja Seungcheol untuk ia kenakan karena kemejanya sudah terkena cairannya semalam. Tapi ia tidak memakai celana dalamnya, karena tidak tau kenapa ia tidak menemukannya jadi ya sudah toh di rumah hanya ada Seungcheol jadi tidak apa-apa jika ia tidak memakai bawahan apapun.
Sekitar pukul delapan, Seungcheol terbangun ia baru sadar kalau ia sudah melepaskan suaminya. Dan Seungcheol adalah orang yang kalau bangun tidur harus ada salah satu suaminya yang menemani. Seungcheol bangun, mengambil celana dalam dan celana pendeknya, setelah memakainya ia keluar dari kamarnya dan mencium bau harum dari arah dapur.
Seungcheol menemui Jisoo yang sedang memasak, dengan pakaian seadanya. Kaki jenjangnya seolah memanggilnya meminta dikecup.
“Pagi, sayangku.” Seungcheol memeluk Jisoo dari belakang—dengan sengaja menempelkan bagian bawahnya dengan bagian belakang Jisoo.
“Pagi, Dy. Makan dulu ya?” Ucapan Jisoo tidak di dengarkan oleh Seungcheol. Ia malah mengelus paha Jisoo dengan gerakan sensual. Lalu meremas salah satu bongkahan pantat besar Jisoo membuat sang empu melenguh.
“Makan dulu, aku gak ada tenaganya.” Tapi lagi-lagi ucapan Jisoo tidak diindahkan oleh Seungcheol. Ia malah mematikan kompor yang sedang Jisoo gunakan, lalu menggendong Jisoo dan meletakkannya di atas meja makan.
“Dy, aku laper banget.” Jisoo tau Seungcheol akan melakukan seperti semalam.
“Satu ronde sayang, gak kuat.” Jisoo merasakan sakit ketika kejantanan Seungcheol sudah berhasil masuk sepenuhnya ke dalam lubangnya. Tapi Seungcheol meminta maaf karena tidak melakukan persiapan untuknya karena sudah tidak tahan. Tabiat Seungcheol ketika pagi hari.
Ah! Ah! Ah! Ah! Ah!” Jisoo terlonjak-lonjak akibat tumbukan keras Seungcheol. Ia berpegangan pada lengan Seungcheol yang masih mengukungnya.
Seungcheol mendongakkan kepalanya ketika kejantanannya diremat kuat oleh lubang Jisoo. Ia juga mengocok kejantanan Jisoo. Tanpa membuka baju Jisoo, Seungcheol sudah bisa mendapatkan kenikmatannya.
“Mmhhm... Dy... Ah! Ah!” Seungcheol menurunkan badannya untuk mencium bibir Jisoo, dengan senang hati Jisoo membuka mulutnya untuk dijelajahi juga oleh Seungcheol.
Pergumulan keduanya terjadi selama hampir satu jam sampai akhirnya Jisoo akan keluar. Tapi Seungcheol melarangnya, Seungcheol menutup kepala kejantanan Jisoo. Membuat Jisoo menggeleng ribut karena ia tidak bisa mencapai puncaknya.
Beberapa menit kemudian Jisoo merasakan kejantanan Seungcheol membesar—menandakan suaminya itu akan keluar—dengan cepat Jisoo menjepit kejantanan Seungcheol dengan lubangnya. Membuat gerakan Seungcheol makin tidak beraturan dan semakin membuat keduanya bernafsu.
“Pi, aku keluar.” Beberapa detik kemudian Seungcheol benar-benar menyemburkan cairannya di dalam lubang Jisoo begitupun Jisoo yang keluar sampai cairannya mengenai dagu, dada dan perut Seungcheol.
Seungcheol mengeluarkan miliknya ketika ia sudah selesai dengan pelepasannya. Lalu mencium bibir Jisoo yang tertarik kebawah. Jisoo merajuk.
“Maaf sayang, aku gak kuat liat kamu ga pake apa-apa selain kemeja ku.”
“Tapi aku laper banget Dy, malah aku yang di makan di meja makan.”
Seungcheol tertawa. “Makan di kamar aja ya? Dy suapin.”
Mau tidak mau Jisoo mengangguk, tubuhnya sangat lelah saat ini membuatnya tidak bertenaga untuk melakukan apapun bahkan untuk makan sekalipun.
“Love you, Picuu.” Seungcheol kembali mengecup bibir suaminya.
“Love you too Dy. Ayo cepet laper.” Seungcheol kembali tertawa dan langsung mengangkat tubuh suaminya menuju kamar mereka.