CheolSoo – JeongCheol

Sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah Seungcheol, Seungcheol menunggu sampai kedua orang di dalamnya keluar.

“Cheol.” Jisoo menyapa Seungcheol, lalu ia berlari kecil dan memeluk Seungcheol juga memberikan kecupan di pipi Seungcheol.

“Jam 8 lewat 5.” Ucap Seungcheol

“Maaf sayang, telat dikit.”

Lalu atensi Seungcheol mengarah kepada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Orang itu mendekat dan mengulurkan tangannya.

“Seokmin.”

Seungcheol membalas jabatan tangan Seokmin. “Seungcheol, pacarnya Jisoo.”

Jisoo menatap Seokmin dengan tatapan tidak enak, karena Seungcheol menekankan kata “pacar Jisoo”.

“Maaf saya ajak pacarnya untuk bantu saya cari kado buat mama saya.”

Seungcheol mengangguk. “Lain kali sama orang lain aja ya pak? Sekretaris bapak ada kan?”

“Cheol.” Jisoo memperingati Seungcheol untuk tidak keterlaluan.

“Oh iya, sekali lagi saya minta maaf. Kalau begitu, Jisoo saya pamit dulu, terima kasih dan pak Seungcheol saya pamit.” Tanpa menunggu jawaban Seungcheol dan Jisoo, Seokmin bergegas pergi.

Seungcheol merangkul pinggang Jisoo untuk masuk ke dalam.

“Cheol, kan gak harus begitu.” Ucap Jisoo saat mereka masuk.

“Aku ngapain? Aku cuma bilang yang sebenarnya.”

“Ya iya, tapi gak harus gitu.”

“Udahlah Soo, aku gak mau berantem sama kamu.”

Jisoo dan Seungcheol masuk ke dalam dan mendapati Jeonghan ada di ruang tamu sedang menonton televisi sambil memakan cemilannya.

“Han?”

Jeonghan menoleh dan bergegas pergi, sebelum masuk kamarnya. “Tidur sama aku Cheol.” Lalu ia menutup pintu kamarnya tanpa menunggu jawaban Seungcheol.

Seungcheol menatap Jisoo yang menatap pintu kamar Jeonghan yang tertutup dengan tatapan sedih. Seungcheol mengeratkan rangkulan tangannya di pinggang Jisoo.

“Ayo aku kelonin kamu dulu.”

Jisoo memukul dada Seungcheol dengan pelan. “Emang aku bayi.”

“Bayinya aku.”

“Han gimana?”

“Aku tetep tidur sama Han, tapi ngelonin kamu dulu. Kamu duluan deh, aku bilang Han dulu daripada marah, moodnya lagi jelek.”

“Maaf ya sayang aku buat moodnya Han jelek.”

Seungcheol mengecup bibir Jisoo. “Gapapa, jangan ngerasa bersalah terus. Bentar ya yang.”

Seungcheol pergi ke kamar Jeonghan, ia mendapati Jeonghan sedang tidur tengkurap. Seungcheol mengelus kepala Jeonghan.

“Yang, aku ngelonin Jisoo dulu ya?”

Jeonghan menoleh. “Emangnya dia bayi?”

“Dia bayi aku, kamu juga.”

“Terserah deh, mau tidur di sana juga gapapa.” Jeonghan membelakangi Seungcheol.

“Aku ngelonin doang, ntar tidurnya tetep sama kamu.” Ucap Seungcheol, ia mengecup kening Jeonghan lalu keluar dari kamar itu dan menuju kamar Jisoo.

Sesampainya di dalam kamar Jisoo, Seungcheol mendengar suara gemericik air dari kamar mandi dan ia yakin Jisoo sedang mandi. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menunggu Jisoo selesai mandi.

Beberapa menit kemudian Jisoo selesai mandi, ia keluar dan menemukan kekasihnya di sana.

“Kirain gak boleh sama Han.”

“Ngambek sih dia, tapi biarin deh. Sini yang.” Jisoo merangkak naik ke ranjang dan masuk ke dalam pelukan Seungcheol.

“Kangen banget.” Ucap Seungcheol sambil mengeratkan pelukannya.

“Cheol, Han gimana? Marah banget ya sama aku?”

“Gapapa sayang, ngambek dikit dia.”

“Maaf ya.”

“Sayang.”

“Ya?”

“Aku cemburu.”

Jisoo tersenyum, lalu ia mendongakkan kepalanya dan mengecup bibir Seungcheol.

“Aku cemburu pas liat kamu di anter sama cowok lain, cemburu pas kamu senyum sama cowok lain, cemburu waktu tau kalo ada orang lain yang denger suara ketawa kamu. Aku cemburu banget sayang, tapi aku gak mau bikin kamu tertekan, aku gak mau kamu sedih.”

“Seungcheol, maafin aku ya. Maaf karena aku bikin kamu sama Han cemburu, aku gak maksud kayak gitu. Aku sayangnya cuma sama kamu, sama Han gak ada yang lain.”

Seungcheol mencium bibir Jisoo, ia menuangkan kecemburuannya pada bibir Jisoo sampai bibir Jisoo bengkak karena ulahnya.

“Besok aku keluar kota.”

“Hah? Ngapain? Kemana?”

“Ada kerjaan di Bandung.”

“Berapa lama?”

“Sehari semalem doang. Besoknya aku udah pulang. Kamu mau dibawain apa?”

“Mau kamu pulang dengan selamat aja.”

Seungcheol tersenyum, lalu mencium kembali bibir Jisoo.

“Siap rusa-ku. Ayo bobo ah, besok berangkat sendiri gapapa kan?”

“Gapapa sayang.”

“Selamat bobok sayangnya singa sama kelinci.” Jisoo terlelap, ketika ia merasakan tangan Seungcheol menepuk-nepuk pelan pantatnya—seperti bayi. Dan terakhir yang ia rasakan sebelum benar-benar terlelap adalah kecupan di keningnya.

. . . . . . . . .

Setelah Jisoo terlelap dalam tidurnya, Seungcheol menuju kamar Jeonghan. Ia melihat Jeonghan menutup matanya tapi tidak tertidur. Lalu Seungcheol memeluk Jeonghan, mengecup kening Jeonghan.

“Udah bobok?”

Jeonghan menggeleng. Ia mengeratkan pelukannya, menghirup aroma tubuh Seungcheol yang bercampur dengan wangi sabun yang biasa Jisoo gunakan.

“Bau Jisoo.”

“Biarin ah, bau pacar sendiri.”

“Udah tidur dia?”

“Udah, buktinya aku bisa kesini.”

“Uh suami siaga.”

“Sayang?”

“Hm?”

“Kamu cemburu banget ya Jisoo pergi sama orang lain?”

Jeonghan terdiam, tapi ia mengeratkan pelukannya.

“Aku juga sama kamu yang, cemburu banget aku. Kalo gak ada Jisoo tadi udah aku pukul kali tuh bosnya.” Jeonghan harusnya sadar, kalau bukan hanya dia yang tidak suka Jisoo pergi dengan orang lain, tapi Seungcheol juga.

“Aku kayak anak kecil ya Cheol?”

“Engga sayang, cara kamu nunjukin rasa cemburu kamu ya kayak gitu.”

“Maaf ya Cheol.”

“Gapapa sayang, aku ngerti. Oh ya, besok aku keluar kota ya? Ke Bandung ada kerjaan.”

“Hah? Berapa lama?”

“Sehari semalam doang. Besoknya aku udah pulang. Tapi paling sore.”

“Aku ditinggal berdua sama Jisoo doang?”

“Emang kenapa? Jisoo kan pacar kamu juga. Tapi kalo kamu gak mau ya kamu nginep rumah mama dulu aja, tapi aku gak mau ya kalian berantem lebih dari 3 hari. Kalo lebih, aku yang marah.”

Jeonghan mengeratkan pelukannya. “Jangan marah, yang.”

“Yaudah tidur aja yuk? Besok aku berangkat pagi.”

“Aku gimana?”

“Bareng Jisoo aja, kalo ga mau ya naik taksi online. Nanti aku tf.”

Jeonghan mengerucutkan bibirnya, ia masih merasa canggung dengan Jisoo.

“Bobo yang.”

Seungcheol melakukan hal yang sama kepada Jeonghan, ia menepuk-nepuk pantat Jeonghan—seperti bayi. Dan mengecup kening Jeonghan, lalu mereka berdua terlelap.