Buy-Pay
Jeonghan menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya. Sekarang ia menyesal, menyesal karena tidak memberi kesempatan pada Seokmin.
“Huhuhu pay gak mau jadi pacar gue lagi.”
Hanya itu yang berkali-kali ia ucapkan. Sambil menangis tentu saja.
Tok tok tok tok
Pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Jeonghan mendongak. Hanya dia dan Seokmin yang tau password apartemennya. Dengan cepat Jeonghan berlari membuka pintu itu.
“Pay?” Jeonghan terkejut ketika melihat Seokmin di sana. Sedetik kemudian ia sudah memeluk tubuh—mantan—kekasihnya itu. Ia menangis di pundak Seokmin, mengucapkan kata maaf karena tidak mau memberikan kesempatan pada Seokmin.
“Buy, gak capek emangnya berdiri terus? Duduk dulu yuk?” Jeonghan menggeleng, ia bahkan mengeratkan pelukannya. Seperti tidak mau melepaskan Seokmin lagi.
Karena Jeonghan tidak kunjung melepaskan pelukan mereka, akhirnya mau tidak mau Seokmin menggendong Jeonghan menuju sofa. Dan mendudukkannya di atas kedua pahanya.
“Buy?”
Jeonghan tidak menjawab.
“Buy sayang?”
Jeonghan mendongak. Menatap mata Seokmin dengan matanya yang berair.
“Buy nangis dari kapan, sayang? Matanya sampe bengkak gini.” Seokmin bergerak mengecup kedua mata Jeonghan.
“Pay, maaf.”
“Hm, maaf kenapa sayang?”
“Maaf karena gak mau denger penjelasan kamu dulu. Aku nyesel pay, nyesel banget. Aku ikhlas kalo kamu gak mau jadi pacar aku lagi.” Ucap Jeonghan sambil terisak-isak.
Seokmin membawanya lagi masuk ke dalam pelukannya. Mengelus-elus punggung si cinta.
“Buy, aku yang minta maaf karena udah bohong sama kamu. Harusnya waktu itu aku gak bohong, biar akhirnya kita gak begini, kamu gak nangis begini, iya kan buy?”
Jeonghan mengangguk. “Kita berdua salah, pay.”
“Iya sayang, maaf ya. Matanya si cantik jadi bengkak begini gara-gara pay jelek.”
“Maafin aku juga ya, pay.”
Seokmin mengangguk. “Iya buy sayang.”
“Tapi kalo pay gak mau jadi pacar buy lagi gapapa. Mungkin ini konsekuensinya karena buy ngomong kata itu dengan gampangnya.” Ucap Jeonghan sambil menunduk.
“Buy mau jadi pacar pay lagi emangnya?”
Jeonghan mengangguk. “Mau banget, pay.”
“Tapi pay gak mau, sayang.”
“Aku paham kok, gapapa pay.”
Seokmin merapihkan anak rambut Jeonghan. “Buy tau gak kenapa alasan aku nyuruh kamu sewa apartemen ini?”
“Karena kalo beli kemahalan ya, pay?”
“Bukan sayang, bukan karena itu.”
“Terus apa dong?” Jeonghan berkedip lucu dengan menatap Seokmin. Kalau saat ini sedang waktunya intim, mungkin Jeonghan sudah akan berada dibawah kungkungan Seokmin sekarang.
“Karena aku mau beli rumah.”
“Oh maksudnya kamu ga bisa bantu patungan ya? Ya gapapa dong pay, ini kan bukan kewajiban kamu buat bayarin apartemen aku.”
“Bukan sayang, bukan itu.” Jeonghan menatap Seokmin dengan bingung. Lagi-lagi Seokmin harus menahan dirinya agar tidak menyerang Jeonghan saat ini juga.
“Karena aku mau ajak buy tinggal di rumah aku itu. Kalo buy di sana, kan alhasil disini gak ada yang nempatin kan? Jadi mending kamu sewa aja, biar bisa ditinggal tiba-tiba.”
Jeonghan mengangguk mengerti. “Terus kamu udah jadi beli rumahnya?”
“Rumahnya udah ada sayang. Aku juga mau ajak kamu pindah ke sana.”
“Tapi pay, lingkungannya gimana? Nanti kita di sangka kumpul kebo. Apalagi kita udah gak pacaran.”
“Nah itu dia, biar kita gak dikira kumpul kebo mending sayang jadi suami aku aja, gimana?”
Jeonghan terkejut. “Jadi suami kamu?” Seokmin mengangguk.
“Pay, aku masih gak ngerti...”
“Gini sayang, aku gak mau pacaran sama kamu karena aku maunya nikah. Aku beli rumah buat kita, nanti kita bangun rumah tangga kita sendiri. Buy, aku udah siapin semuanya mateng-mateng. Aku yakin mau menua sama kamu.”
Jeonghan menatap Seokmin tidak percaya, matanya sudah berkaca-kaca lagi.
“Pay, kamu serius?”
Seokmin mengangguk. “Buy rumah yang aku beli atas nama kamu gimana mungkin aku gak serius?”
Jeonghan kembali memeluk Seokmin, lagi-lagi ia menangis tapi kali ini menangis bahagia.
“Buy sayang, mau gak kalo sebelum atau sesudah tidur liatnya aku, keluar kamar di dapur liat aku, pas kamu lagi mandi tiba-tiba aku masuk cuma karena mau cuci muka alhasil liat aku lagi. Kesel sama siapa marahnya ke aku, sedih karena apa nangisnya ke aku, pengen apapun mintanya ke aku. Buy, jujur dari awal kita pacaran aku mau lakuin semuanya sama kamu, aku bahkan gak pernah kepikiran untuk selingkuh atau ninggalin kamu gitu aja. Buy, dari dulu aku ngayal tiap pulang kerja di sambut sama senyum kamu, ngadu sama kamu karena kerjaan ku banyak.” Seokmin menghentikan ucapannya, ia mengelap air matanya yang jatuh tiba-tiba.
“Buy, aku tau aku banyak kurangnya makannya aku mau minta kamu sempurnain aku dengan kelebihan kamu. Buy—.” Ucapan Seokmin terhenti karena tangisannya menjadi lebih kencang. Seokmin mengeratkan pelukannya dan Jeonghan yang kali ini menenangkan Seokmin.
“Pay sayangku, pay cintaku, pay segalanya untuk aku. Pay, aku sayang banget sama kamu. Aku mau sayang, mau ngelakuin segala macam hal sama kamu. Mau sama kamu terus, pay. Aku mau.”
Keduanya sama-sama menangis sekarang.
“Makasih buy sayang makasih.”
“Pay, i love you.”
“I love you too, buy.”