berdamai
Setelah mendapat kabar dari Soonyoung, Seokmin langsung pergi begitu saja meninggalkan Jisoo yang hanya diam di atas ranjangnya. Tanpa menoleh kebelakang lagi Seokmin tidak tau kalau Jisoo sudah memupuskan harapannya.
Sesampainya di apartemen Soonyoung, Seokmin buru-buru mengetuk pintu dan mendapati Jihoon di sana.
“Jihoon?”
“Oh, dokter Seokmin. Masuk dok.”
“Kok kamu bisa ada disini ji?” Tanya Seokmin sembari masuk ke dalam.
“Tadi young yang telpon dok, karena panik jadinya gue dateng dan gak tau ternyata dia nelpon dokter juga.”
Young?
“Dok, mau periksa young dulu?” Tanya Jihoon membuyarkan lamunan Seokmin. Lalu ia mengangguk dan masuk ke dalam kamar Soonyoung.
Di dalam, Seokmin melihat Soonyoung terbaring tapi tidak tidur.
“Oh, udah dateng?” Seokmin mengangguk.
“Jihoon mana Seok?”
“Ada aku tapi kamu malah nyari orang lain. Aku bener-bener kalah ya, soon?”
“Seok?”
“Lagi di dapur, gak tau sih ngapain.”
Soonyoung mengangguk. “Tungguin dia ya, biar dia tau pengobatan gue gimana.”
Seokmin tidak menjawab tidak mengangguk.
“Soon.”
“Ya Seok?”
“Aku mau jujur sama kamu.”
“Jujur? Soal apa?”
Seokmin menarik nafasnya, mencoba menghilangkan kegugupannya.
“Soon maaf, aku sayang sama kamu.”
Soonyoung terdiam.
“Aku sayang sama kamu sejak pertama kamu jadi pasien aku. Sejak kamu mandang ke arah Jeonghan dengan penuh cinta. Dan sampai saat ini, ketika posisi Jeonghan digantikan oleh Jihoon.”
“Seok, tapi—.”
“Aku paham soon, ini juga udah ga bener. Aku ngelanggar kode etik pekerjaan aku.”
“Tapi aku udah janji sama Jihoon, Seok.”
Seokmin tersenyum. “Aku tau soon. Kamu serius sama dia.”
“Maafin aku, Seok.”
“Gapapa soon. Tapi aku harus mengundurkan diri sebagai dokter kamu.”
“Loh kenapa? Kita gak bisa bersikap biasa aja?”
Seokmin menggeleng. “Aku udah ngelanggar kode etik dan ini konsekuensinya, aku harus mengundurkan diri.”
“Seok....”
“Gapapa soon, kita masih bisa jadi temen.”
Soonyoung mengangguk.
“Soon?”
“Ya?”
“Aku boleh peluk kamu untuk yang terakhir kalinya?”
Soonyoung mengangguk. “Boleh Seok.”
Lalu Seokmin merengkuh tubuh Soonyoung. Tubuh yang mungkin tidak akan bisa ia rengkuh lagi dikemudian hari.
“Kamu harus bahagia ya, Seok.”
Seokmin mengangguk. “Kamu juga ya soon.”
Tok tok tok tok
Seokmin dan Soonyoung melepaskan pelukan mereka. Dan Jihoon muncul di sana.
“Gue ganggu?”
“Sini ji, kamu lama banget sih? Dokter Seokmin kan nungguin daritadi.” Ucap Soonyoung mengulurkan tangannya meminta agar Jihoon menggenggamnya.
“Aku bikin minuman sama nyiapin cemilan buat dokter Seokmin.” Jihoon menggenggam tangan Soonyoung. Jihoon dan Soonyoung memutuskan membuka lembaran baru untuk mereka—hanya ada mereka.
“Temenin aku ya?”
“Aku bakal temenin kamu sampai kapanpun, young.”
Seokmin tersenyum melihat keduanya. Berarti keputusannya benar, ia harus merelakan Soonyoung.