sudah yakin?
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, eh mas Jeonghan. Kok kesini ga ngabarin?”
“Aku udah kasih tau mas Seokmin Bu, mungkin dia lupa ngasih tau.”
“Ayo masuk mas.”
Ibu Seokmin tidak tau menau apa yang sudah Jeonghan lakukan terhadap Seokmin. Jadi beliau tetap bersikap baik.
“Ibu, Han nginep disini boleh?”
“Eh aduh, ibu lupa ada temennya mas nu disini mas. Jadi kamarnya penuh.”
“Jisoo ya Bu?”
“Loh mas Han kenal mas Jisoo toh?”
“Jisoo sahabat Han di Jakarta Bu.”
“Ealah dunia sempit banget ya mas.”
“Terus sekarang Jisoo nya dimana Bu?”
“Mas Jisoo sama dek Ichan lagi jajan. Bentar lagi juga pulang.”
Selang beberapa menit, Ichan dan Jisoo pulang.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Senyum Jisoo luntur seketika ketika melihat ada siapa di rumah Seokmin.
“Soo, gue kangen banget sama lo.” Jeonghan memeluk Jisoo, tapi tidak dengan Jisoo dengan cepat ia melepaskan pelukan itu. Dan membuat Jeonghan canggung.
“Loh mas Jisoo kenal toh sama mas Jeonghan?”
“Iya Chan, mas Han sama mas Jisoo sahabatan.” Jeonghan tersenyum lebar, tapi Jisoo tidak. Ia malah memasang wajah datar.
Lalu tiba-tiba Seokmin juga pulang.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Mas Seokmin, halo.” Seokmin hanya membalas sekedarnya saja.
“Mas Seokmin kok gak bilang kalo mas Jeonghan mau nginep disini? Kan kamar tamu nya di pake mas Jisoo.” Jisoo terkejut mendengar ucapan ibu Seokmin.
“Mas lupa bu.”
“Terus ini gimana?”
“Han gapapa kok Bu kalo harus satu kamar sama Seokmin.”
Jisoo dan Seokmin membulatkan matanya terkejut. Udah gila
“Yasudah mas Seokmin bagi tempat sama mas Jeonghan ya? Udah ah ibu masak dulu. Buat makan malam.”
Jeonghan masuk ke kamar Seokmin. Sementara Seokmin mengejar Jisoo yang pergi keluar rumah.
“Soo, tunggu dulu.”
“Maksudnya apa sih Seok? Kenapa tiba-tiba dia ada disini?”
“Oke aku lupa ngasih tau kalo dia mau kesini, cuma aku gak tau kalo dia mau nginep juga. Aku kira mampir doang.”
“Terus gimana, kamu tidur sama dia?”
“Soo hey, aku tidur di kamar kamu ya? Biarin aja dia tidur sendirian.”
Jisoo merengek. Seokmin membawa Jisoo ke pelukannya.
“Jangan ngambek dong sayang.”
“Jangan tidur sama dia, sama aku aja.”
“Iya iya sama kamu.”
Seokmin menangkup wajah Jisoo, dan memberikan kecupan di bibir merah itu.
“Jangan ngambek ya?” Jisoo mengangguk.
. . . . . . . . .
Malam harinya.
Seokmin mengambil beberapa baju di lemari kamarnya. Jeonghan bingung melihat itu.
“Kamu mau kemana Seok?”
“Aku tidur di kamar Jisoo.”
Jeonghan masih memperhatikan Seokmin yang sedang sibuk mengemasi bajunya.
“Seok?”
Seokmin berdehem.
“Kamu pacaran sama Jisoo?”
Seokmin menghentikan kegiatannya sejenak, lalu melanjutkannya lagi.
“Bukan urusan kamu.”
“Urusan aku Seok.”
“Maksud kamu?”
“Aku masih sayang sama kamu.”
Seokmin tertawa meremehkan.
“Kamu dulu buang aku loh Han, terus sekarang di pungut lagi? Enak jilat ludah sendiri?”
“Seok....”
“Aku sama Jisoo pacaran, kita mau menikah. Jadi aku harap kamu gak ganggu kita lagi. Kamu gak hancurin hidup 2 orang lagi.”
Sementara di kamar Jisoo. Jisoo menunggu Seokmin dengan sabar. Beberapa kali ia merapihkan rambutnya. Agar Seokmin terpesona.
“Soo?”
“Hey, kok lama banget?”
“Ada insiden dikit.”
“Apa?”
“Soo?”
“Ya?”
“Kalo aku ngajak kamu nikah, kamu mau gak?”
Jisoo sangat terkejut.
“Seok, kenapa? Kok buru-buru?”
“Engga buru-buru. 3 bulan kenal kamu aku yakin sama kamu. Kamu mau kan nikah sama aku?”
Jisoo mengangguk cepat. “Aku mau.”
Seokmin memeluk Jisoo, ia mengecup pipi Jisoo berkali-kali.
“Soo, mau apapun yang terjadi aku mohon sama kamu tolong jangan lepas tangan aku ya?”