aku aja yang ngalah.
Jeonghan dan Jisoo hampir 30 menit hanya diam tanpa kata setelah selama 5 hari tidak bertemu membuat keduanya sama-sama canggung.
“Han—”
“Soo—”
Jeonghan meremat jari tangannya gugup. Ini pertama kalinya mereka dalam situasi ini.
“Kamu apa kabar, Han?”
Jeonghan menggigit bibirnya sebentar. “Aku baik-baik aja Soo. Kamu gimana?”
“Aku juga baik-baik aja, Han.”
Lalu keheningan menyelimuti mereka berdua lagi.
“Han, aku denger kemarin kamu ke kantor Seungcheol ya?” Tanya Jisoo, mengawali pembicaraan mereka lagi.
Jeonghan membuang pandangannya keluar lalu mengangguk. Mencoba menahan air matanya yang hampir jatuh ketika ia mengingat kejadian kemarin.
“Seungcheol buat kamu nangis ya?”
Pertahanan Jeonghan runtuh. Air matanya mengalir tanpa persetujuannya.
“Aku liat dia cium cewek lain, Soo.” Jisoo bisa melihat Jeonghan susah payah menceritakan apa yang terjadi kemarin.
Jisoo mengambil tangan Jeonghan, menggenggamnya dengan erat, memberikan ketenangan untuk Jeonghan.
“Tapi Seungcheol gak mungkin kayak gitu Han.”
Jeonghan menepis tangan Jisoo yang menggenggamnya. “Tapi aku liat pake mata kepala aku sendiri, Soo.”
Jisoo membawa Jeonghan ke dalam pelukannya ketika Jeonghan menaikkan nada suaranya.
“Oke-oke aku percaya sama kamu. Jangan teriak-teriak, nanti tenggorokannya sakit.”
Jeonghan meremat baju belakang Jisoo, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jisoo. Menghirup aroma tubuh Jisoo. Ia rindu sekali dengan laki-laki yang memeluknya
“I miss u, Soo.”
Jisoo mengeratkan pelukannya. “I miss u too, bunny.”
“Maaf, karena aku kita jadi kayak gini.”
“Han, menurut kamu hubungan kita gak sehat ya?”
“Menurut kamu hubungan itu cukup 2 orang, ya?”
“Kalo kayak gitu, kamu aja sama Seungcheol. Biar aku yang ngalah ya? Biar kalian bisa nikah. Aku gapapa kok Han.”