afternoon_4

Jihoon mengerang ketika Soonyoung dengan tiba-tiba meremas pantatnya dari belakang.

“Pak, nanti kalo ketauan orang gimana?”

“Gak bakal lah, kan di lantai ini cuma saya sama kamu aja.”

Soonyoung tiba-tiba saja membuka resleting celana Jihoon tanpa membuka gesper nya terlebih dahulu. Dan dengan cepat mengeluarkan kejantanan Jihoon.

“Pak, di dalem aja.”

“Disini juga gapapa ji.”

Jihoon tidak bisa membantah lagi ketika Soonyoung sudah memasukkan kejantanannya ke dalam mulutnya. Soonyoung dengan lihai memaju-mundurkan kepalanya untuk memakan habis kejantanan Jihoon. Sedangkan Jihoon, ia berpegangan pada meja kerjanya. Kepalanya terdongak ke atas ketika Soonyoung menghisap kejantanannya dengan kuat. Ia meremas rambut bos nya itu untuk menyalurkan afeksinya.

“Pak—enak banget.” Jihoon mendorong kepala Soonyoung agar lebih memasukkan kejantanannya. Tangan Soonyoung juga mulai meraba bagian dada sekretarisnya itu. Jihoon hampir menangis karena Soonyoung memberikannya kenikmatan atas bawah.

“Pak, saya mau keluar.”

“Keluarin aja, sayang.”

“Ahhhhhh—.” Suara Jihoon menggema di lantai itu. Jadi sebenarnya, lantai itu hanya khusus CEO dan sekretarisnya. Jadi tidak ada orang lain di sana kecuali mereka.

Jihoon terkulai lemas ketika ia berhasil mengeluarkan cairannya di dalam mulut bosnya. Dengan sigap Soonyoung membantu menopang tubuhnya.

“Sayang mau ngewe disini?”

“Ini beneran ga ada yang liat kan pak?”

“Iya gak ada.”

Jihoon mengalungkan lengannya di leher Soonyoung.

“Gendong ya, pak?”

Soonyoung tertawa. “Maunya berdiri?”

Jihoon mengangguk. Lalu Soonyoung menyandarkan tubuh Jihoon ke tembok belakang mereka, lalu dengan cepat ia membuka celananya dan celana Jihoon.

Soonyoung meraba lubang Jihoon yang sudah basah—karena pelumas.

“Udah di siapin sendiri?”

“Tadi di mobil. Kita ada meeting nanti jam 10 pak.”

“Jadinya quickie nih?”

“Iya, nanti agak sorean lagi gapapa.”

“Nah gini dong, dapet double.”

“Cepetttt, gatel tau.”

Soonyoung langsung memasukkan kejantanannya ke dalam lubang Jihoon. Jihoon meringis kecil ketika kejantanan besar itu menerobos masuk ke lubangnya.

“Kok masih sakit sih ya?”

“Lubang kamu terlalu ketat.”

Soonyoung menggerakkan pinggulnya sambil menopang tubuh Jihoon agar tidak terjatuh. Jihoon benar-benar bertumpu pada tubuh Soonyoung. Dengan tubuh yang terlonjak-lonjak, Jihoon berpegangan pada bahu Soonyoung.

“Bapak, bisa cium saya gak?”

Tanpa menjawab, Soonyoung mencium bibir Jihoon dengan rakus, ia melesakkan lidahnya ke mulut Jihoon, ia menghisap lidah Jihoon sampai sang empu melenguh nikmat.

“Bisa gak kamu buka kancing baju kamu?”

Jihoon mengangguk, ia membuka kancing bajunya sendiri dengan cepat dan langsung menarik kepala Soonyoung agar memakan juga putingnya.

Soonyoung terus bergerak liar dengan mulut mengecap puting Jihoon, layaknya seorang bayi yang sedang menyusu.

“Pak—.”

“Keluarin aja kalo mau keluar.”

“Nanti kena baju bapak.”

“Ya udah saya balik ya?”

Jihoon mengangguk. Lalu Soonyoung melepaskan penyatuan mereka dan membalik tubuh Jihoon agar menghadap ke tembok lalu dengan cepat ia masukkan lagi kejantanannya.

“Awas kepala kamu kebentur tembok, sayang.”

Jihoon memberikan jeda agar kepalanya tidak terantuk tembok. Soonyoung memilin puting Jihoon dari belakang, sesekali ia cubit dengan keras sampai Jihoon berteriak.

“Teriak aja, saya suka denger kamu teriak.”

“Pakkkkkk enak banget—huu.” Jihoon merengek ketika ia merasakan kenikmatan yang Soonyoung berikan.

“Kamu yang enak Jihoon. Lubang kamu nih meres penis saya kenceng banget.” Jihoon suka saat Soonyoung berbicara kotor ketika mereka sedang menyatu.

Sebelah tangan Jihoon memegang pinggang Soonyoung agar lebih dalam.

“Jihoon, saya mau keluar.”

“Jangan di dalem pak, di mulut aja ya?”

Soonyoung melepaskan kejantanannya, mendudukkan Jihoon di kursinya dan langsung memasukkan kejantanannya ke mulut Jihoon, dengan kasar ia lesakkan itu di mulut Jihoon. Jihoon tersedak ketika Soonyoung dengan kasar menggerakkan pinggulnya agar kejantanannya masuk, tapi dengan cepat juga ia menyeimbangkan gerakan Soonyoung. Tangan Soonyoung juga ia gunakan untuk mengocok kejantanan Jihoon.

Soonyoung menahan kepala Jihoon ketika ia akan meledak.

“AHHHHHHH—.”

“Pak Kwon—ahhh.”

Keduanya sampai pada pelepasan mereka. Setelah merasa kejantanannya sudah tidak mengeluarkan cairan, Soonyoung mengeluarkannya dari mulut Jihoon dan langsung mencium bibir Jihoon.

“Kenapa gak boleh di dalem?”

“Bersihinnya susah pak. Mas Cheol juga lagi sering minta jatah. Maaf ya?”

“Iya gapapa, yang penting jatah saya tetep jalan. Nanti sore lagi kan?”

“Iya, nanti sore lagi. Sekarang siap-siap buat meeting.”

“Okay, sayang.”

. . . . . . . . . .

Disisi lain juga.....

Jeonghan mengetuk pintu ruang kerja Seungcheol, setelah dipersilahkan masuk ia masuk dengan segelas jus segar di tangannya.

“Jus pak?”

Seungcheol tertawa. “Boleh sini.”

Jeonghan memberikan jus yang tadi ia bawa kepada Seungcheol.

“Bapak nyuruh saya kesini ada apa pak?”

“Katanya kamu mau manjain saya?”

“Bapak maunya gimana?”

“Terserah kamu mau gimana.”

“Sebenernya saya pengen di atasnya bapak.”

“Lakuin apa yang kamu mau, Jeonghan.”

Jeonghan langsung duduk di atas pangkuan Seungcheol.

“Saya mau liat badan kamu boleh?”

“Mau liat aja?”

“Mau saya kecup, saya jilat, saya gigit. Boleh?”

Jeonghan membusungkan tubuhnya. “Bukain dong, pak.”

Seungcheol dengan tatapan lapar membuka kancing kemeja Jeonghan. Ia bisa melihat betapa mulusnya kulit Jeonghan, ingin rasanya ia membubuhkan tanda merah di sana.

“Saya tandain boleh?”

“Silahkan, pak.”

Seungcheol langsung memburu kulit leher Jeonghan. Ia mengecupi bagian sama dan membuat tanda kemerahan. Jeonghan sendiri sudah mendongakkan kepalanya agar Seungcheol lebih leluasa.

Setelah puas dengan leher Jeonghan, Seungcheol mendudukkan Jeonghan di atas meja kerjanya, lalu ia mengecupi dada Jeonghan, memberinya tanda juga. Jeonghan mengerang ketika Seungcheol menghisap putingnya.

“Oh, pak Seungcheol—.” Kepala Jeonghan terdongak ke belakang karena sengatan nikmat dari Seungcheol.

“Mulutnya suami orang enak banget sialan”

Setelah puas dengan leher dan dada Jeonghan, Seungcheol turun ke paha dalam Jeonghan. Ia mengecupi juga paha itu dan memberinya tanda juga. Karena Jeonghan memakai celana pendek jadi dengan leluasa mengerjai paha Jeonghan.

Setelah puas memberi tanda dimana-mana, Seungcheol menatap Jeonghan yang sudah tak beraturan.

“Kita harus cepet kan? Chan harus dijemput.”

“Saya juga udah ga kuat pak, mulut bapak enak banget.”

“Saya masukin kamu boleh, Jeonghan?”

“Boleh pak Seungcheol boleh.” Jeonghan sudah kepalang nafsu, ia sudah pasrah Seungcheol akan melakukan apa padanya.

Seungcheol berdiri, memaksa Jeonghan berdiri dan melepaskan seluruh pakaian keduanya. Jeonghan di tidurkan di atas meja kerjanya.

“Lube saya sama pengaman di kamar. Mau saya ambil dulu?”

“Langsung aja pak, dibasahin pake ludah bapak aja. Lubang saya udah gatel banget.”

PLAKKKK

Jeonghan terkejut ketika Seungcheol memukul pantatnya. Rasanya panas dan nikmat secara bersamaan.

“Nakal banget mulutnya.”

“Pak Seungcheol, please masukin saya pak.”

PLAKKKK

“Ouhh—.” Jeonghan mendongak ketika Seungcheol kembali memukul pantatnya.

Seungcheol menundukkan tubuhnya tepat di depan lubang Jeonghan lalu ia menjilati lubang itu dengan lihai, seperti menjilati toples madu—menurut Seungcheol. Jeonghan berpegangan pada meja karena ia sudah tidak kuat lagi.

Seungcheol langsung mengarahkan kejantanannya ke lubang Jeonghan.

“Sempit.”

Seungcheol masih berusaha untuk memasukkan kejantanannya.

“Jeonghan, kamu bisa gigit saya karena ini bakal sakit banget.”

Seungcheol memberikan bahunya ke Jeonghan sambil ia terus memasukkan kejantanannya dan Jeonghan benar menggigit pundak Seungcheol. Keduanya sama-sama sakit, tapi Seungcheol yakin Jeonghan lebih sakit darinya.

Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya kejantanan Seungcheol masuk tepat mengenai sweet spot milik Jeonghan.

“Pak—.”

Seungcheol menggerakkan pinggulnya ketika ia rasa Jeonghan sudah tidak terlalu sakit.

“Ah ah ah ah ah—.” Tubuh Jeonghan terlonjak-lonjak karena tumbukan dari Seungcheol.

“Jeonghan, enak?”

Jeonghan mengangguk setengah sadar. Ia tidak bisa berpikir lagi. Yang ia rasakan ini adalah kenikmatan yang luar biasa baginya.

“Pak, saya mau keluar.”

“Boleh, Jeonghan.”

“Nanti kena badan bapak.”

“Gapapa, keluarin aja.”

Setelah Seungcheol berkata seperti itu, Jeonghan mengeluarkan cairannya yang lumayan banyak—mengenai dada dan perut Seungcheol.

Seungcheol tidak membiarkan Jeonghan diam, ia kembali menggerakkan pinggulnya dengan cepat.

“Pak, ah—.”

“Saya dikit lagi keluar, Jeonghan.”

“Ah ah ah ah.”

“Terus mendesah, Jeonghan. Saya suka denger suara kamu.”

Jeonghan makin berisik ketika Seungcheol makin kencang menggerakkan pinggulnya.

“Saya keluar di dalam?”

Jeonghan mengangguk. “Di dalam aja, pak. Gak bakal bikin saya hamil.”

Seungcheol makin membabi buta dan Jeonghan makin ricuh sekali. Untung saja hanya mereka berdua di rumah. Karena ruang kerja Seungcheol tidak kedap suara.

“Jeonghaaaaannnnn arghhhh.” Seungcheol bergetar hebat ketika pelepasannya. Jeonghan bahkan merasakan perutnya begah karena cairan Seungcheol.

Keduanya terengah-engah karena pelepasan mereka. Lalu Seungcheol kembali mengajak Jeonghan untuk beradu lidah.

“Ini dahsyat, Jeonghan.” Ucap Seungcheol, kening keduanya saling menyatu.

“Next time kita bikin yang lebih dahsyat ya, pak.”

Lalu keduanya kembali berciuman.