afternoon_2

Setelah mengabarkan suaminya, Jihoon kembali memeluk tubuh laki-laki yang tadi memberinya kenikmatan. Saat ini keduanya berada di hotel dekat kantor mereka.

“Chat siapa sih?” Tanya Soonyoung sambil mengecup bahu telanjang Jihoon.

“Ngechat si mas, ngasih tau kalo baby sitter nya Chan udah dateng.”

“Cowok atau cewek?”

“Cowok, namanya Jeonghan.”

“Hati-hati loh kamu.”

“Kenapa?”

“Suami kamu kan kerja di rumah, nah di rumah ada baby sitter nya Chan. Siapa tau dia ke goda.”

Jihoon diam sejenak, lalu ia menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan ucapan Soonyoung.

“Mas gak mungkin kayak gitu.”

“Gak ada yang gak mungkin, sayang.”

“Ah udah deh, kenapa malah bahas si mas?”

Soonyoung menurunkan tubuhnya tepat di dada sang sekretaris, lalu ia menggigit dan menghisap puting itu. Jihoon melenguh ketika Soonyoung menjilati putingnya dengan lembut. Ia meremas rambut Soonyoung, menyalurkan afeksinya kepada Soonyoung.

“Pak—.”

“Saya gemes sama puting kamu.”

“Iya tapi jangan di gigitin terus, lecet tau.” Jihoon mengecek putingnya yang memerah akibat Soonyoung.

“Suami kamu suka juga sama puting kamu?”

“Kalian sama, sama-sama suka semuanya.”

“Enakan saya atau suami kamu?”

Jihoon terdiam.

“Jihoon?”

“Karena akhir-akhir ini saya selalu sama bapak, ya bapak.”

“Kamu udah gak pernah berhubungan badan sama suami kamu?”

“Udah lama engga, karena saya capek. Saya setiap hari ngelayanin bapak. Jadi kalo sampai rumah, saya maunya langsung tidur.”

“Bagus, emang paling bener kamu ngeseks sama saya aja.”

“Ya ga bisa gitu dong pak, saya kan punya suami yang punya nafsu juga.”

“Tapi nanti kamu capek?”

Jihoon mengecup bibir Soonyoung. “Tapi saya seneng, bisa bikin kalian berdua suka sama badan saya.”

Soonyoung menggigit kecil hidung Jihoon. “Enak ya kamu yang muasin 2 orang.”

“Hehehehe.”

Soonyoung menggerakkan pinggulnya, kejantanannya masih tertanam di dalam lubang Jihoon.

“Lanjut ya?”

“Ehm—kita ga ke kantor lagi pak?” Tanya Jihoon, sambil melenguh karena Soonyoung menggerakkan lagi pinggulnya.

“Gak usah, saya masih mau kamu.”

“Arghhhh pak—.”