Acara reuni ini berjalan dengan meriah, bahkan panitia mengundang DJ untuk hiburan mereka. Seungcheol berjalan sambil tangannya digandeng oleh Jessica melewati kerumunan orang yang tidak banyak ia kenal. Kemudian ia melihat Mingyu yang mengangkat tangannya.

“Kirain ga jadi dateng.” Ucap Wonwoo

“Acara reuni macem apa sih ni? Berasa diskotik.” Ucap Seungcheol

“Yaelah udah pada gede kali.” Ucap Mingyu yang meneguk minumannya.

Hansol yang lebih dulu menyapa Jessica, lalu diikuti oleh Mingyu dan Wonwoo. Sebenarnya mereka kurang akrab, karena Jessica menganggap kalau teman-teman Seungcheol hanya pengganggu untuk hubungannya, sedangkan Wonwoo, Mingyu, dan Hansol memang tidak menyukai watak wanita itu.

Seungcheol dan Jessica dijodohkan karena hubungan bisnis kedua orang tua mereka. Dimana Seungcheol tidak menyukainya tapi Jessica sangat menyukainya.

“Jess, kamu kalo aus ambil minum sendiri ya.” Ucap Seungcheol

Jessica mengangguk, dan langsung pergi untuk mengambil minum.

“Cheol?” Seungcheol menoleh ke arah Mingyu yang memberinya isyarat untuk menoleh ke arah depan mereka. Dimana ada Jeonghan dan kedua temannya di sana.

Hansol meleparkan tissu pada Seungcheol. “Elap dulu air liur lo, ngeces gitu ngeliat Jeonghan.” Seungcheol buru-buru mengambil kembali tissu tersebut dan melemparkannya kembali ke Hansol.

“Gila gue udah berapa lama ya ga ketemu dia? Kok makin cakep sih?” Tanya Seungcheol, matanya tidak lepas dari Jeonghan. Jeonghan yang tertawa, Jeonghan yang sedang meneguk minumannya semua terekam dalam ingatan Seungcheol.

“Lagian kenapa ga lo ajak pacaran aja sih dulu? Padahal bisa jadi pasangan hot satu sekolah.” Ucap Mingyu. Seungcheol dulu adalah ketua tim basket sedangkan Jeonghan adalah ketua tim cheerleader di sekolah mereka. Keduanya sama-sama memiliki daya tarik tersendiri tapi saling bersinggungan.

“Percuma, ga bakal nyampe nikah. Capek sendiri yang ada.” Jawab Seungcheol.

“Tapi kan sekarang lo dah gede, dah bisa milih atau bahkan ngajak dia kawin lari aja bisa.” Ucap Wonwoo

“Kawin duduk aja capek apalagi kawin lari.” Jawab Seungcheol yang dihadiahi pukulan dari Wonwoo.

Seungcheol tertawa lalu ia menghela nafasnya. “Kasian dia, ntar hidupnya diteror terus sama orang-orangnya bokap. Iya kalo dia doang, gue masih bisa jagain. Kalo semua keluarganya? Apa ga beban punya mantu kayak gue?”

. . . . . . . . . . . . .

Acara makin malam makin meriah, DJ juga sudah mulai mainkan musiknya. Jeonghan hanya menatap kedua temannya yang masih menari di depan sana, kepalanya terlalu pusing untuk berjoget jadi ia memutuskan untuk menunggu di sofa.

Sambil memejamkan matanya barang 5 menit, saat membuka matanya kedua temannya sudah tidak ada ditempat tadi. Jeonghan kelimpungan, dengan sisa-sisa kesadarannya ia berjalan melewati kerumunan manusia yang sedang menikmati pesta. Kepalanya berdenyut dan musik yang cukup kerasa membuat Jeonghan tidak kuat. Pokonya keluar aja dulu dari sini.

Hampir 10 menit mencari kedua temannya dengan kepala yang pusing, akhirnya Jeonghan memutuskan untuk pulang sendiri. Dengan berjalan sempoyongan, ia berusaha keluar walaupun dengan menabrak semua orang yang menghalangi jalannya.

“Hey, kamu mabuk?” Sampai Jeonghan menabrak seseorang yang seharusnya ia hindari malam ini.

. . . . . . . . . . . . .

Ciuman yang berantakan mengawali pergumulan keduanya. Jeonghan yang sudah berantakan terbanting ke ranjang dengan Seungcheol yang menatapnya lapar.

“Jeonghan, aku harap kamu ga nyesel besok.” Setelah mengucapkan itu Seungcheol membabi buta di atas tubuh Jeonghan. Mulutnya ia gunakan untuk mencumbu laki-laki dibawahnya itu.

Lenguhan Jeonghan terdengar merdu di telinga Seungcheol, membuatnya tambah bersemangat untuk meninggalkan jejak-jejak kemerahan di sana.

Jeonghan menekan kepala Seungcheol yang berada di dadanya, mulutnya tidak berhenti mengeluarkan desahannya.

“Mmhhm... Haa...” Tubuh Jeonghan melengkung ketika Seungcheol menghisap putingnya dan mengelus lubangnya.

Setelah puas, Seungcheol membuka seluruh pakaiannya dan pakaian Jeonghan dengan Jeonghan yang menatapnya dengan tatapan menggoda.

“Sange ya kamu? Suka nenenin aku,hm?” Jeonghan mengangguk tangannya direntangkan meminta Seungcheol untuk menyentuh dadanya lagi. Dan disambut dengan senang hati oleh Seungcheol.

Tangan Seungcheol aktif di bagian bawah Jeonghan, berpindah-pindah dari kejantanan Jeonghan kemudian ke lubang Jeonghan. Jeonghan berjengkit ketika sesuatu memasuki lubangnya. Dan ini pertama kalinya ada yang memasukinya kecuali dildonya.

Seungcheol mendongak menatap Jeonghan yang sedang kesakitan tapi mungkin juga karena keenakan. Ia merasakan jarinya diremat kuat oleh lubang Jeonghan, bahkan ia juga bisa merasakan lubang Jeonghan yang berkedut.

Setelah Seungcheol rasa cukup, ia mulai mengarahkan kejantanannya ke lubang Jeonghan. Jeonghan mengerang kesakitan dan nikmat secara bersamaan ketika Seungcheol mulai masuk ke dalamnya.

“Jeonghan, kamu cantik banget kalo lagi sange gini. Aku jadi ikutan sange. Sayang, mau aku entotin? Yang keras?” Ucapan kotor yang Seungcheol tanyakan hanya dibalas desahan oleh Jeonghan.

“Oke, yang keras. Aku bakal bikin kamu terbang ke langit ketujuh.”

. . . . . . . . . . . . .

“ahhh! Ah! Ah! Ah! Ah! Ah!” Jeonghan terlonjak-lonjak akibat tumbukan keras Seungcheol. Seungcheol benar-benar tidak memberinya ampun, apalagi ini sudah ronde ketiga yang mereka lakukan.

“More—mmmm.... Ah.. Ah.. Ah... Deep—er—ouhhhhhh.”

“Suka ya aku entotin kayak gini,hm? Sukanya dari depan apa belakang?” Tanya Seungcheol, sambil tangannya menangkup wajah Jeonghan yang sedang ia kecupi belakang telinganya sambil pinggulnya terus bergerak.

“Dep—AHH.”

“Kenapa depan,hm? Biar bisa nenenin aku lagi, iya? Suka ya kalo nenennya diisep-isep gitu?” Dengan berpegang kuat pada leher Seungcheol, Jeonghan kembali mengeluarkan cairannya.

Sudah 6x Jeonghan keluar malam ini, dan malam masih cukup panjang bagi Seungcheol. Seungcheol sendiri sebenarnya bukan orang yang suka seks dengan banyak orang, dia hanya pernah 2x jajan—itu juga karena diajak Mingyu. Seungcheol lebih suka seks dengan orang yang ia cintai. Tapi ia belum pernah melakukannya dengan Jessica. Rahasia kita, ya.

“Han, aku keluar ya.” Seungcheol mendongak ketika kejantanannya menembakkan cairannya ke dalam lubang Jeonghan. Ini cairan ketiga yang ia keluar di dalam Jeonghan.

Nafasnya terengah-engah, kejantanannya juga masih mengeluarkan cairan, ia juga merasakan kedutan pada lubang Jeonghan.

Setelah Seungcheol rasa cukup, ia mengelus kejantanannya dari lubang Jeonghan sedangkan Jeonghan ia sudah terlelap karena kelelahan akibat 6x pelepasan malam ini.

Seungcheol membersihkan tubuhnya dan tubuh Jeonghan, setelahnya ia ikut berbaring di sebelah Jeonghan. Malam ini malam yang indah untuknya, karena ia bisa menghabiskan malam dengan orang yang selama ini menempati posisi pertama dihatinya.

Seungcheol sadar, 85% sadar karena ia cukup tolerir pada alkohol. Tapi yang ia tidak sadar adalah mungkin saja Jeonghan bisa membencinya karena malam ini.

. . . . . . . . . . . . .

Jeonghan terbangun lebih dulu, ia merasakan tubuhnya yang sakit luar biasa apalagi bagian bawahnya. Dengan meringis dan mencoba sadar, ia menatap sekelilingnya dan ternyata ia tidak berada dikamar nya. Tubuhnya terpaku ketika ia melihat dirinya tidak memakai sehelai benang pun. Dengan takut, ia mencoba melihat seseorang disebelahnya yang masih terlelap.

Jeonghan terkejut, tiba-tiba saja air matanya mengalir turun. Dengan sakit dibawahnya ia pelan-pelan mengambil semua pakaiannya, memakainya kembali dan berjalan mengendap-endap keluar dari kamar hotel itu meninggalkan Seungcheol.