Setelah mengirimkan Seungcheol pesan, Jeonghan kembali mengganti celananya, niatnya memang hanya ingin iseng pada Seungcheol, toh nanti malam pasti Seungcheol tidak akan membiarkannya tidur cepat.
Jeonghan keluar dari kamarnya, ia menuju dapur karena merasa lapar. Di dapur Jeonghan menemukan Nara sedang makan sesuatu juga. Jeonghan berjalan seakan Nara tidak ada di sana.
“Jeonghan, kira-kira kalo gue pake baju seksi Seungcheol bakal mau tidur sama gue gak ya?”
Jeonghan meremat botol minuman yang ia minum tadi, Nara memang menguji kesabarannya.
“Gue udah pesen sih lingerie.”
Jeonghan masih bungkam.
“Gak sabar deh pengen pake itu di depan Seungcheol.”
Jeonghan membalikkan badannya dan menatap Nara.
“Mau coba gak, kita berdua sama-sama pake baju seksi. Terus kita liat, ke siapa Seungcheol dateng?”
“Lo nantangin gue?” Tanya Nara
“Kalo lo merasa tertantang.”
. . . . . . . . . .
18.00
Seungcheol masuk ke rumahnya dengan perasaan riang, ia juga membawakan Jeonghan buah strawberry.
“Sayang, mas pulang.” Teriak Seungcheol
“Eh kamu udah pulang, Cheol.”
Seungcheol yang tadinya bersemangat, menjadi malas.
“Iya, gue udah pulang.”
“Capek gak Cheol? Mau aku pijetin?”
“Mas?” Jeonghan datang dari arah kamarnya
“Sayang.” Seungcheol berjalan ke arah Jeonghan yang sudah mulai kesulitan berjalan karena perutnya yang membesar.
“Mas bawain strawberry buat Han sama biji.”
“Yeay, makasih mas sayang.” Jeonghan mengecup bibir Seungcheol
Mereka tidak memperdulikan Nara di sana.
“Mas mau mandi dulu?”
“Iya nih yang, gerah banget. Bibi masak apa?”
“Han tadi masak mas, Han buat udang saus padang buat mas.”
“Oh ya? Wah mas udah gak sabar. Ayo mandi.”
“Han udah mandi.”
“Han liatin mas mandi aja.” Seungcheol dan Jeonghan berjalan menuju kamar mereka. Meninggalkan Nara yang menatap mereka dengan sedih.
“Emang udah ada ada aku ya Cheol di hati kamu?”
. . . . . . . . . .
Saat ini mereka ber3 sedang menikmati makan malam, Jeonghan dengan sigap mengambilkan apapun yang Seungcheol butuhkan.
“Cheol kamu mau nambah nasi?” Tanya Nara
Seungcheol menggeleng. “Udah cukup Ra.”
“Mas, mau tambah udangnya gak?”
“Boleh yang, enak deh yang. Udah lama banget lo gak masak ini.”
“Gara-gara aku mual terus kalo nyium bau udang mentah.”
“Iya kali ya, makannya lama banget.”
Nara lagi-lagi dilupakan oleh keduanya.
“Ntar jadi kan yang?”
“Apaan?”
“Strawberry.” Ucap Seungcheol sambil menaik-naikkan alisnya menggoda Jeonghan, sepertinya Seungcheol lupa kalo ada Nara di sana.
“Jadi kalo mas mau. Han juga ada kejutan buat mas. Nara juga sih.” Ucap Jeonghan sambil menatap Nara.
“Hah? Mau ngapain si? Mas gak mau ya kalo aneh-aneh.”
“Engga kok, mas tinggal pilih aku atau Nara. Gitu aja.”
Seungcheol tidak bisa berkata-kata lagi.
. . . . . . . . .
Seungcheol duduk di sofa ruang tengah, ia tidak tau apa yang ada di pikiran Jeonghan dan Nara. Kenapa mereka menjadikannya kelinci percobaan.
Beberapa menit kemudian, Nara keluar dari kamarnya dengan menggunakan lingerie yang menurut Seungcheol sangat pas di badan Nara, tapi ia tidak merasakan keinginan untuk memegang tubuh Nara padahal daritadi Nara sudah bertingkah menggoda dirinya.
Lalu selanjutnya Jeonghan keluar dengan celana yang tadi ia kirimkan ke Seungcheol tapi bedanya kali ini bergambar strawberry, dengan perutnya yang membesar Jeonghan berjalan ke arah Seungcheol yang menatapnya dengan tatapan penuh nafsu. Jeonghan juga melihat Seungcheol yang beberapa kali menjilat lidahnya. Jeonghan berdiri di samping Nara.
Tanpa menunggu lama, Seungcheol berjalan ke arah Jeonghan lalu ia meremas pelan bokong Jeonghan, Jeonghan berjengkit kaget karena Seungcheol terlalu tiba-tiba.
“Mas ih.”
Seungcheol menjilat leher mulus Jeonghan.
“Gue gak tau lo lagi pada ngapain. Cuma kalo kayak gini ini gak bener apalagi lo Ra, gue bukan suami lo dan ga seharusnya lo hampir telanjang di depan gue. Gue ga nafsu liat badan lo, sumpah. Jangan kayak jalang.” Seungcheol menarik tangan Jeonghan untuk masuk ke kamar mereka. Sedangkan Nara, ia menangis. Ia merasa di permalukan oleh Jeonghan.
“Mas pelan-pelan ih.” Ucap Jeonghan
“Ini pasti ide lo kan?”.
“Abis dia pede banget mau tidur sama mas.”
“Ya tapi gak gitu. Emang musti di hukum ini kelinci, hm.”
“Iya boleh, tapi pelan-pelan aja. Ada biji di dalem nih.”
Seungcheol tidak lagi menjawab, hanya perlakuan yang ia berikan pada Jeonghan. Dan kita biarkan saja mereka bertempur.