Jeonghan dan Seungcheol sudah berada di ballroom hotel tempat sepupu Seungcheol melangsungkan pernikahannya. Dan saat ini mereka sedang gladi resik untuk acara besok.

“Baru tau saya nikah pake gladi resik, pak.” Ucap Jeonghan. Mereka duduk di kursi paling pojok dan paling belakang.

“Pernikahan di keluarga saya seperti ini semua.”

Jeonghan mengangguk mengerti. “Pernikahan orang kaya ya, pak.”

Seungcheol tertawa. Lalu semua yang ada di sana di suruh berdiri untuk mengikuti arahan dalam pernikahan itu.

Karena paling belakang, tangan Seungcheol meraba bagian belakang Jeonghan—dan sesekali ia meremas dua bongkahan kenyal dan membuat Jeonghan berjengkit kaget.

“Pak.”

“Longgarin belt kamu, Jeonghan.” Jeonghan tidak tau apa yang akan Seungcheol lakukan, tapi ia tetap melakukannya.

Setelah Jeonghan melonggarkan beltnya, tangan Seungcheol merayap masuk ke dalam celana itu, meremas dua bongkahan kenyal itu tanpa halangan apapun.

“Pak Seungcheol nanti ketauan.” Jeonghan takut ada yang melihat mereka.

“Kalo kamu gak bersuara, kita gak akan ketauan.”

Akhirnya Jeonghan diam, merasakan tangan besar Seungcheol menangkup pantatnya.

“Agak naikin badan kamu, Jeonghan.”

Jeonghan mengikuti arahan Seungcheol. Ia agak berjinjit agar jari Seungcheol masuk ke dalam lubangnya.

Jeonghan mendongakkan kepalanya menahan desahannya ketika satu jari Seungcheol berhasil menerobos lubangnya.

“Ketat banget.” Seungcheol berkali-kali berbicara lirih—walaupun di sana ramai sekali. Posisi mereka pun di tempat yang lumayan gelap.

Seungcheol memaju-mundurkan jarinya. Mengobrak-abrik lubang ketat milik Jeonghan. Membuat sang empu mendesah dalam diam. Seungcheol sesekali melirik ke arah Jeonghan yang memejamkan matanya ketika ia menggerakkan jarinya.

Beberapa orang yang Jeonghan yakini adalah keluarga besar Seungcheol menyapa Seungcheol dan Seungcheol dengan santainya membalas sapaan mereka dengan jari di lubang Jeonghan. Jeonghan sebisa mungkin ikut menyapa.

“Pak, saya ma-mau keluar.”

“Keluar aja.”

“Kotor nanti.”

“Gapapa, nanti kamu ke kamar aja.”

“Bapak disini?”

“Nanti saya nyusul. Saya juga mau keluarin. Di kamu.”

Jeonghan merona. Seungcheol kembali mempercepat gerakan jarinya.

“Ahhhhh—.” Jeonghan mendesah pelan, dengan meremat tangan Seungcheol yang satu lagi.

Seungcheol mengeluarkan jarinya, kemudian ia mengelap keringat di wajah Jeonghan dengan tangannya yang bersih.

“Tungguin saya di kamar.”