20.00
“Chan pulang.”
Chan mengernyitkan keningnya, karena biasanya kakaknya sudah ada di rumah jam segini. Chan bergegas menuju kamar kakaknya.
“Mas?”
Seokmin terkejut ketika mendengar suara Chan.
“Baru pulang?”
Chan mengangguk. “Kirain mas yang belum pulang.”
“Mas udah pulang dari tadi sih.”
“Ini mas ngapain beresin baju? Mau bisnis keluar kota? Tapi kok semuanya di keluarin?” Tanya Chan ketika melihat Seokmin sedang memasuki baju-bajunya ke dalam koper.
Seokmin menuntun Chan untuk ikut dengannya duduk di atas ranjangnya.
“Chan, mas mau nikah.”
“Hah? Sama siapa? Mas gak pernah cerita sama Chan kalo punya pacar.”
“Mas emang ga punya pacar. Tapi mas mau nikah. Sama pak Jisoo.”
“Hah? Kok bisa?”
Seokmin tidak mungkin menceritakan detailnya pada Chan.
“Mungkin karena kita kerja bareng, jadi mas sama pak Jisoo ngerasa kalo sama-sama saling butuh.”
“Mas sama pak Jisoo pernah itu.....”
Ucapan Chan menggantung, tapi Seokmin tau kemana arah pembicaraan mereka.
“Engga, bukan itu. Maksud mas, kita sering bareng-bareng. Jadi udah ngerti satu sama lain.”
Seokmin bisa melihat wajah Chan yang melega ketika mendengar perkataannya.
“Terus mas gak tinggal disini lagi? Chan sendirian disini?”
Seokmin menggeleng. “Chan ikut mas, kemanapun mas pergi. Nanti kalo udah senggang Chan beresin baju-baju Chan ya?”
“Tapi disini kan banyak kenangan sama ayah ibu, mas.”
Seokmin meremat tangan Chan. “Terkadang kita harus tau kalo kenangan ya harusnya emang cuma di kenang aja. Gak semuanya harus di ulang. Apalagi kalau orangnya ga lengkap.”
Chan memeluk Seokmin erat. “Chan mau ikut ya, mas?”
“Chan akan selalu ikut kemanapun mas pergi.”