2 tahun kemudian.
“Audy, jangan lari-larian sayang nanti jatuh.”
Suara Jeonghan menggema di ruang tengah—yang cukup untuk menyambut Seungcheol yang baru pulang dari kantor.
“Audy, hayo kalo dibilangin papa nurut ya nak.” Seungcheol menangkap Audy yang masih aktif berlari.
Choi Audy. Anak pertama dari Choi Seungcheol dan Lee Jeonghan. Usia Audy sekarang sudah 1,5 tahun yang dimana ia sedang aktif ke sana kemari dan mengoceh.
“Papapapa.”
Jeonghan mendekati suaminya dan anaknya itu.
“Capek ya?” Tanya Seungcheol sambil mengecup kening Jeonghan.
“Sedikit, tapi banyak serunya.”
Seungcheol tersenyum. “Makasih ya papa, udah jagain Audy.” Jeonghan tertawa. “Apaansi mas. Udah kamu bersih-bersih dulu sana, jangan dibiasain abis dari luar langsung gendong anaknya.”
“Oh ya lupa yang.” Seungcheol mengecup pipi Audy dan langsung menurunkan anaknya itu dari gendongannya. “Daddy mandi dulu ya cantik.”
. . . . . . . . . . .
“Tadi Koko kesini.” Saat ini keduanya sudah berada di kamar mereka. Setelah menidurkan anaknya, Jeonghan harus menidurkan bapak anaknya.
“Oh ya? Ngapain?”
“Nanya-nanya aja sih buat proses persalinan.”
“Berapa bulan sih dia?”
“Udah 8 bulan.”
“Lah bentar lagi ya.”
Jeonghan mengangguk. “Dia bilang bosen di rumah kalo mas Mingyu kerja.”
“Ya gimana ya yang, Mingyu kan emang lagi naik daun gara-gara menjadi pewaris tunggal keluarga Kim.”
Minghao dan Mingyu menikah setelah 3 bulan Jeonghan melahirkan—satu tahun yang lalu—dan saat ini Minghao sedang mengandung buah cinta mereka.
Mingyu kembali menjadi pewaris tunggal di keluarga nya—karena sang papa tiba-tiba saja mengalami stroke ringan yang membuatnya tidak bisa mengurus bisnisnya. Minghao sendiri sudah berhenti bekerja setelah ia dinyatakan hamil, Mingyu menyuruhnya untuk tidak beraktivitas banyak di luar rumah.
“Sayang, kamu sendiri bosen ga di rumah?”
“Engga mas, aku seneng malah apa karena ada Audy ya mas?”
“Bisa jadi sih, cuma kalo kamu bosen kamu bilang ya? Biar nanti gantian sama mas, kamu me time atau ketemu sama Jisoo atau jalan sama Koko.”
“Emangnya mas bisa mandiin Audy?”
“Loh bisa lah, kan aku suami siaga. Siap jaga kalo suami mau kemana-mana.”
Jeonghan tertawa. “Iya-iya nanti aku bilang. Tapi untuk sekarang aku masih belum butuh-butuh amat, masih pengen lama-lama sama Audy.”
“Okay, mas ngerti. Sekarang bobok, kamu pasti capek seharian ngurusin Audy yang super aktif itu.”
“Lucu tau mas, aku seneng banget kita bisa ikutin tumbuh kembang dia.”
“Tapi mas jarang.”
“Tapi kan aku kirimin videonya.”
“Iya-iya, tapi mas maunya langsung.”
“Makannya jangan lembur terus.”
“Mana ada, baru sekali kemarin.”
Jeonghan tertawa lagi. “Kalo di inget-inget ya mas, lucu juga ya dulu. Kita hampir pisah karena kamu keseringan lembur, mana aku ngiranya selingkuh lagi padahal kamu lagi sibuk ngurusin hadiah ulang tahun aku. Kalo dipikir-pikir aku egois banget dulu.”
“Gak lah yang, kita cuma salah paham aja waktu itu. Mas juga waktu itu salah, jadi ya kita sama-sama salah.”
“Damai ya mas?” Jeonghan menunjukkan jari kelingkingnya dan dengan cepat Seungcheol menautkan jari kelingkingnya ke kelingking Jeonghan.
“Damai.”
Keduanya tertawa. Lalu tidak tau siapa yang memulai, bibir keduanya sudah saling bertaut.
“Love you, mas-ku.” Ucap Jeonghan setelah melepaskan bibir keduanya.
“Love you too, sayang.” Kemudian bibir keduanya kembali bertaut.
“Mas, boleh minta lebih gak sayang?” Tanya Seungcheol dengan nafas tersengal.
“Boleh, mas.”
Mari kita tinggalkan pasangan kita.. bye-bye..
End.